"Di sana kami iuran seiklasnya untuk beli HP (ponsel) juga. Ada 170 ponsel yang kami pakai bergantian biar pelanggannya tidak terkesan selalu sama. Kami kumpul-kumpul aja di sana (kontrakan)," ungkapnya.
Tak hanya untuk menyewa rumah dan membeli ponsel, sejumlah mitra ojek online pun mengumpulkan iuran untuk biaya oprek ponsel agar dapat digunakan untuk membuat order fiktif online.
"Sekali oprek kan Rp 100.000. Satu HP enggak pasti sebulan sekali dioprek, kami iuran sukarela," jelasnya.
(BACA JUGA:Tak Mau Ditipu dan Rugi Lagi, Perusahaan Grab Langsung Kembangkan Sistem Lacak Order Fiktif )
Agus melanjutkan, terungkapnya komunitas tuyul ojek online ini berawal dari laporan Grab sebagai salah satu perusahaan penyedia aplikasi ojek online.
Menurut Grab, belakangan ini pihaknya sering menemui mitranya yang memiliki peringkat sempurna dalam aplikasi.
Grab mengatakan, keadaan ini sangat tak wajar.
Karena untuk mendapatkan peringkat sempurna, seorang mitra tak boleh sedikit pun melakukan kesalahan.
Padahal, menurut Grab kesalahan teknis pasti terjadi saat berada di lapangan.
(BACA JUGA:Waduh Ribuan Taksi Online Enggak Tertib Uji KIR )
"Atas dasar itu kami melakukan penyelidikan. Ternyata ada yang menawarkan jasa oprek ponsel yang memungkinkan mitra itu mengorder sendiri, lalu menerima orderan sendiri tapi di aplikasi seolah-olah kendaraan mereka jalan mengantarkan penumpang, padahal mereka hanya duduk saja," imbuh Agus.
Kini, sepuluh anggota komunitas hingga penyedia oprek ponsel telah diamankan.
"Kami masih menyelidiki kemungkinan adanya komunitas lain," tutupnya.
Duh, miris juga ya dengan kasus seperti ini!
Menurut kalian gimana nih sob?
Artikel ini sudah ditayangkan di Kompas.com dengan judul
Pakai "Tuyul", Ojek Online Hanya Duduk Santai di Kontrakan, Tak Angkut Penumpang