Dia juga menambahkan perbedaanya dengan radio team yang dipakai di Formula 1.
(BACA JUGA:Video Kocak Nih! Pak Tani Habis dari Sawah Ikutan Road Race)
"Itu berbeda dengan di Formula 1 contohnya, dimana pembalap mengikuti perintah yang diberikan (oleh tim-red)," imbuhnya.
Fungsi utamanya bukan untuk memerintahkan strategi utama yang dipakai selama balapan, seperti di Formula 1.
"Kami hanya menawarkan informasi yang bisa menolong pembalap," tambah sang manajer.
Pada akhirnya pembalap yang menentukan apa yang akan dilakukannya.
Dengan modal sedikit informasi dari pitboard, pembalap harus bisa memutuskan apa yang harus dilakukan.
(BACA JUGA:Wajib Kepo! Apa Sih Kunci Performa Bagus Johann Zarco di MotoGP 2017?)
"Di roda dua,, ketika pembalap mendapat informasi dari pitboard, hasil ada padanya untuk menyerap informasi dan memutuskan apa pilihannya," kata Davide Brivio.
Davide Brivio menganggap bahwa akan ada intervensi tim jika MotoGP menggunakan radio team.
Biar begitu, dia tetap menilai ada beberapa kekurangan dari pitboard di MotoGP dibanding radio team di Formula 1.
Apalagi di Formula 1 dalam sekali balapan bisa tiga kali masuk pitstop untuk mengganti ban atau yang lain, tentu tidak mudah jika hanya menggunakan pitboard.
Berbeda dengan MotoGP yang hampir jarang sekali masuk paddock, kecuali ada hal yang luar biasa terjadi.
(BACA JUGA:Capek! Marc Marquez Enggan Ikut Balapan Ini Lagi)
Kesalahan sedikit saja dalam menggunakan pitstop bisa berdampak pada hasil balapan Formula 1, itulah mengapa radio team lebih digunakan di F1.
Manajer tim LCR Honda MotoGP, Lucio Cecchinello juga memberi pendapat.
"Alasan kita tidak gunakan radio bukan hanya karena biaya, tetapi fakta bahwa hal itu bisa memberi gangguan yang berbahaya bagi pembalap," ungkap Cecchinello seperti dilansir MotoGP.com.
Manajer LCR Honda ini bilang bahwa akan berbahaya jika tiba-tiba tim meminta hal tertentu kepada pembalap di atas motor.