(BACA JUGA: Kapok, Kelakuan Berkendara Kids Zaman Now Ini Kena Batunya Sendiri)
"Kalau otaknya sudah mencapai kematangan, maka seseorang dirasakan cukup mampu dan terampil untuk melakukan analisa secara visual dan prediksi terhadap situasi di jalan raya, termasuk yang kaitannya dengan jarak kendaraan,” ujar Irma Gustiana Andriani, M.Psi, Psi, psikolog Anak dan Remaja LPT UI, dikutip dari hai.grid.id (17/11/2017).
Selain itu, jika nekat mengemudikan kendaraan padahal umur kita belum sampai 17 tahun, berpotensi besar untuk terlibat kecelakaan di jalan raya, yang akan berakibat dengan cacat, atau bahkan kematian!
Wah, kok bisa?
Di usia 17 tahun, sudah dianggap dewasa, karena sudah bisa mengontrol emosinya yang diajarkan lewat kurikulum empati dan kognitif.
(BACA JUGA: Imbauan Kepolisian Ini Sering Diabaikan, Netizen Inginkan Ada Undang-undang yang Jelas)
Bukan hanya dibutuhkan keterampilan dalam berkendara saja.
Paling penting adalah soal kemampuan otak, dan bagaimana setiap orang mengontrol emosi.
Nah, anak yang di bawah 17 tahun emosinya cenderung labil.
‘Dipanasin’ sedikit, pasti emosi.
"Itu akan berpengaruh pada gaya mengemudinya, yang membuat dia mengemudi secara agresif. Bahaya itu!," tambah Jusri Pulubuhu dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDCC).
Ternyata, setiap hari ada 70 orang yang meninggal dunia gara-gara pelanggaran lalu lintas.
Apa masih mau nekat mengemudikan kendaraan tapi umur masih di bawah 17 tahun?
Siap tanggung akibatnya?
Artikel ini sudah dipublikasikan hai.grid.id dengan judul Jangan Buru-buru, Ini Alasan Kenapa Kalau Mau Bikin SIM Harus Berumur 17 Tahun!