GridOto.com - Setangguh-tangguhnya mobil dengan sistem RWD atau penggerak roda belakang, tetap ada kekurangan yang muncul pada mobil ini.
Seperti diketahui, mobil RWD memang terkenal tangguh soal handling dan tenaganya saat menanjak.
Karena RWD ini distribusi bobotnya bisa dibilang ideal.
Posisi mesin di depan, lalu girboks yang umumnya mengarah ke tengah mobil, kemudian dilanjut drive shaft (as kopel) di tengah, lalu differensial di belakang.
Dengan distribusi bobot yang lebih ideal ini, umumnya mobil penggerak roda belakang memiliki handling yang lebih enak.
Selain itu, karena yang digerakkan adalah roda belakang, ban belakang tak mudah kehilangan traksi karena bobot kendaraan cenderung 'lari' ke belakang saat sedang mendaki.
Namun yang perlu diketahui, mobil gardan belakang tetap saja menyimpan minus alias kekurangan.
Baca Juga: Mau RWD Atau FWD, Ini Alasan Ganti Ban Mobil Baru Wajib yang Depan Dulu
Seperti kurangnya efisiensi dalam penyaluran tenaga.
Karena posisi mesin di depan, tenaga disalurkan ke roda belakang melewati beberapa komponen, seperti girboks dan drive shaft atau as kopel hingga differensial atau gardan belakang.
Perjalanan panjang tersebut membuat tenaga mesin banyak 'terserap' sebelum mencapai roda belakang.
"Tenaga dari mesin ketika sampai di roda belakang akan tereduksi hingga mencapai 30 persen," beber Agung Saputro, Workshop Manager Honda Megatama, Kalimalang, Jakarta Timur beberapa waktu silam pada Tabloid OTOMOTIF.
Hal ini tentunya akan berdampak pula pada efisiensi bahan bakar yang jadi lebih boros dibanding mobil penggerak roda depan.
Pada penggerak roda belakang, umumnya mesin menganut lay out longitudinal atau membujur, sehingga membutuhkan ruang mesin lebih besar.
Belum lagi lantai kabin akan disesaki dengan terowongan untuk transmisi dan drive shaft (as kopel).
Baca Juga: Model Terakhir yang Pakai Penggerak RWD, Harga Mobil Bekas Avanza 2019-2021 Cuma Segini
Hal tersebut akan mengkompensasi dimensi dan kelegaan kabin.
Selain itu, meski secara handling mobil penggerak belakang lebih baik, namun ia cenderung oversteer.
"Makanya penggerak roda belakang identik dengan handling yang lebih fun to drive, maka dari itu sports car rata-rata menganut penggerak roda belakang," ujar Mizan Allan de Neve, desainer dan engineering otomotif.
Karena fungsi roda depan hanya berfokus pada kemudi dan roda belakang hanya untuk penggerak, beban kerja pada masing-masing roda juga dapat terdistribusi lebih optimal.
Efeknya, usia pakai pada komponen suspensi, kemudi dan penggerak dapat lebih panjang.
Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR