Gridoto.com - Paolo Campinoti kepala tim Pramac membongkar alasan mereka keluar dari keluarga Ducati setelah Kerjasama selama 20 tahun.
Pramac sendiri telah memutuskan untuk keluar dari tim satelit Ducati untuk bergabung menjadi tim satelit Yamaha mulai musim depan.
Ini adalah sebuah keputusan besar yang ternyata turut membawa nama Marc Marquez di dalamnya.
Keputusan pabrikan Ducati mengambil Marc Marquez sebagai tandem Pecco Bagnaia di musim depan menjadi pemicu.
Baca Juga: Crash di Sprint MotoGP Belanda 2024, Ini Kesalahan Marc Marquez
Bukan tanpa sebab, pasalnya Ducati memiliki dua talenta muda seperti Enea Bastianini dan Jorge Martin yang dianggap pantas mengisi kursi itu.
"Pindah dari pabrikan juara dunia untuk bergabung dengan Yamaha mungkin dianggap gila," buka Campinoti.
"Tetapi sejujurnya kami senang bisa bergabung dengan proyek ini," tambahnya.
Menurut penuturan Campinoti, Yamaha memiliki proyek yang kuat untuk kedepan yang dipercaya Pramac akan kembali membawa Yamaha jadi motor juara.
Baca Juga: Jorge Martin Diganjar Penalti 3 Grid di Balapan MotoGP Belanda 2024
Selain itu Yamaha memang punya komitmen besar untuk mencapai tujuan itu, tampak dari banyaknya uang yang berani diinvestasikan pada proyek MotoGP ini.
Saat ditanyakan soal alasan pindahnya Pramac ke Yamaha oleh TNT Sport, Campinoti juga menyindir soal keputusan Ducati yang mengambil Marc Marquez sebagai pembalap pabrikan.
"Mereka (Yamaha) percaya pada proyek pembalap muda. Hal yang sepertinya sudah tidak dipercaya lagi oleh Ducati," ungkapnya.
Hubungan Pramac dan Marquez memang sempat memanas pada pertengahan musim ini ketika bursa pembalap ikut menghangat.
Pramac yang sudah pasti kehilangan Jorge Martin, harus tahan menambah sakit tambahan dari Marquez yang menyebut Pramac bukanlah pilihan untuknya di 2025.
Ini juga yang membatalkan plan awal Ducati yang diprediksi akan menempatkan Martin di tim pabrikan dan Marquez di Pramac menggunakan motor spek pabrikan.
Menarik untuk melihat peluang Pramac bersama Yamaha di musim depan.
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR