GridOto.com - Beberapa penyebab kecelelakaan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 58 berhasil diungkap oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Seperti diketahui, kecelakaan ini melibatkan tiga kendaraan yakni Daihatsu Gran Max, Daihatsu Terios, serta bus Primajasa.
Adapun korban dari kecelakaan yang terjadi pada Senin pagi (8/4/2024) sekitar pukul 7.04 WIB ini mengakibatkan 12 orang meninggal dunia, 1 orang luka berat dan 1 orang luka ringan.
Ahmad Wildan, Investigator Senior KNKT mengatakan salah satu penyebab kecelakaan ini karena jam kerja pengemudi Gran Max yang melebihi batas.
"Pengemudi telah mengemudi sejak Jumat malam 5 April 2024 tanpa istirahat yang cukup, dan mengemudi tanpa ada pengemudi pengganti (1 orang). Hal ini beresiko terjadinya akut fatigue (kelelahan)," ujar Wildan.
Terkait hal itu, Andry Berlianto, Instruktur dan Program Development Global Defensive Driving Consulting (GDDC) memberikan tanggapannya.
Ia mengungkapkan, pada dasarnya rata-rata kemampuan mengemudi seseorang adalah 10 jam dalam satu hari, sudah termasuk jam istirahat.
Untuk waktu istirahat berdasarkan UU no.22 thn 2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan, adalah setiap empat jam mengemudi.
Sedangkan acuan Defensive Driving justru lebih ketat yaitu setiap dua jam sekali di rekomendasikan untuk beristirahat.
Baca Juga: Sopir Bus Primajasa Laka Tol Japek KM 58 Enggak Ditahan, Ini Alasannya
Sebab dari sisi medis pada rentang waktu tersebut seseorang sudah akan mulai merasakan keletihan.
"Kalau dipaksakan tanpa istirahat yang cukup, imbasnya tidak bisa mengambil keputusan secara tepat, bergerak tidak beraturan, mengantuk berat, hingga yang terburuk bisa muncul microsleep (tertidur sesaat), gerakan kendaraan pun dijamin bergerak serampangan dan membahayakan lalu lintas," terang Andry kepada GridOto.com.
Ia menegaskan, dalam hal ini diperlukan ketaatan terhadap waktu istirahat alih-alih mengejar target.
Pastikan saat istirahat pengemudi benar-benar beristirahat yaitu tidur.
Akan demikian bisa menyiasati dengan menyiapkan pengemudi pengganti.
Pengganti tidak boleh berada duduk di samping pengemudi dan sama-sama sadar, sebaiknya tidur atau istirahat di bangku belakang.
"Manajemen istirahat bisa disiasati bersama-sama atas nama keselamatan oleh para penyedia layanan travel seperti ini," pungkas Andry.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR