GridOto.com - Polda Metro Jaya meniadakan ganjil genap selama masa Lebaran. Hal ini juga sudah diumumkan melalui laman media sosial media Instagram.
"Sehubungan dengan adanya Libur Nasional Hari Raya Idul Fitri 1445 H Kebijakan Ganjil Genap ditiadakan mulai tanggal 6-15 April 2024," tulisnya di media sosial Instagram @TMCPoldaMetro, Minggu (31/3/2024).
Peraturan ini katanya berdasarkan Pergub 88 Tahun 2019 Pasal 3 ayat (3), bahwa pembatasan lalu lintas dengan sistem ganjil genap tidak diberlakukan pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional yang telah ditetapkan dengan keputusan presiden (keppres).
Meski demikian, Korlantas Polri bakal memberlakukan kebijakan ganjil genap di ruas Tol Trans Jawa selama masa mudik Lebaran. Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan.
Mengenai arus mudik, Korps Lalu Lintas Polri menyebut bakal ada pergerakan lebih kurang 70 juta kendaraan bermotor yang menggunakan jalur darat saat mudik dan balik Lebaran 2024.
"Yang perlu kami konsen yang menggunakan jalan itu hampir sekitar 60 juta hingga 70 juta lebih. Itu untuk gabungan antara sekitar 37 juta bus, mobil pribadi 35 juta, sepeda motor 31 juta. Ini yang perlu kami antisipasi," kata Direktur Penegakan Hukum Korlantas Polri Brigadir Jenderal Polisi Raden Slamet Santoso.
Berdasarkan hasil survei Kementerian Perhubungan, sebanyak 193,6 juta orang diprediksi melakukan perjalanan mudik dan balik Lebaran tahun ini.
Jumlah itu meningkat sekitar 52 persen dibandingkan Idul Fitri 2023 yang tercatat sekitar 123 juta orang.
Dari data tersebut, jika dilihat asal pemudik, lima daerah tertinggi berasal dari Jawa Timur hampir 31,3 juta orang, Jabodetabek 28,43 juta orang, Jawa Tengah 26,11 juta orang, Jawa Barat 22,79 juta orang, dan Sumatera Utara 10,67 juta orang.
Baca Juga: Pelanggar Gage Saat Mudik Tidak Akan Diputar Balik, Polisi Pakai ETLE Mobile
Sedangkan daerah tujuan pemudik yang paling banyak mengarah ke Jawa Timur dengan perkiraan sekitar 61,6 juta orang, Jawa Tengah 37,6 juta orang, Jawa Barat 32,1 juta orang, Daerah Istimewa Yogyakarta 11,7 juta orang, dan DKI Jakarta 6,4 juta orang.
"Moda transportasi yang banyak dipilih adalah kereta api sekitar 39,32 persen, dan lainnya, bus mobil pribadi serta sepeda motor," kata Slamet.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR