Gridoto.com - Pasar mobil listrik di Indonesia bagai kertas kosong yang siap untuk digambar.
Tinggal siapa yang mau masuk dan menggambar di sana.
Saat ini beberapa brand yang sudah masuk mirip dengan segmen mobil berbahan bakar fosil (internal combustion engine/ICE).
Di jajaran premium ada BMW, Mercedes-Benz, Porsche, Volvo. Segmen di serupa diisi pemain Korea, KIA dan Hyundai.
Segmen di bawahnya juga diisi oleh Hyundai, KIA dan MG.
Sementara di bawahnya lagi ada Wuling dan pemain baru, Neta.
Lantas sedang dalam perjalanan menuju peluncuran, BYD dan tengah berbenah pabrik, GWM Ora.
Meski mulai terlihat mengisi segmen dari Rp 200 jutaan hingga Rp 3 miliaran, pasar mobil listrik masih terasa lengang.
Maklum, pemain mobil Jepang masih tampak tenang. Banyak model mobil yang diluncurkan masih bermesin bensin dengan aplikasi teknologi hybrid dan dilabel kendaraan elektrifikasi.
Menariknya, dari bursa mobil hybrid mulai terdengar kabar kalau konsumen menerima teknologi ini.
Meski kita tahu bahwa pabrikannya enggak memberi opsi lain berupa mesin bakar murni, hanya ada hybrid.
Sementara dari brand yang menyediakan mobil listrik mulai terdengar suara pemakai mobil listrik enggan kembali ke mobil ICE lantaran punya banyak benefit.
Alasannya benefit anti Ganjil-Genap, operasional lebih hemat dan memperhatikan lingkungan.
DUA KEMUNGKINAN
Namun di balik fenomena Battery Electric Vehicle (BEV) dan Hybrid Elctric Vehicle (HEV) yang menyerbu pasar mobil tanah air, ini kesempatan bagi pemain di luar Jepang untuk memenuhi pasar yang diibaratkan kertas kosong, seperti disinggung di atas.
Kesempatan ini bisa digunakan untuk menjual sekaligus mengedukasi (baca: mempromosikan) market dan mengambil hati publik lewat banyak kelebihan.
Juga menancapkan kuku lebih kuat sehingga menjadi pemain otomotif dominan di masa yang akan datang.
Kenapa?
Saat ini produsen Jepang belum menggebrak dengan kendaraan full elektrik.
Ada ekosistem besar yang dibangun puluhan tahun termasuk ekspor yang masih perlu dijaga.
Dan sejumlah pertimbangan lain yang membuat para raksasa Jepang belum mengeluarkan cakarnya berupa kendaraan listrik untuk pasar yang besar.
Hal ini menyisakan tiga kemungkinan.
Para pemain mobil listrik di luar Jepang kelak akan sangat kuat mengakar di masyarakat.
Kedua, terlibas ketika para produsen Jepang sepenuh tenaga memborbardir pasar dengan produk mobil listrik.
Atau tak ada lagi yang dominan sehingga semua saling berbagi kue pasar mobil listrik.
Mari kita terus amati
Editor | : | Iday |
KOMENTAR