GridOto.com - Tidak ada yang bisa memungkiri kalau saat ini, pasar motor listrik di Indonesia dikuasai oleh pemain baru.
Di antara para 'pemain besar' motor di Indonesia, baru PT Astra Honda Motor (AHM) saja yang sudah menjual motor listrik secara massal lewat Honda EM1 e: yang menjadi EV tunggal mereka.
Sementara pabrikan lainnya baru sekadar menunjukkan konsep atau motor pra-produksi mereka seperti PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) lewat Yamaha E01.
Hal tersebut pun memunculkan sentimen kalau para pemain-pemain incumbent ini tertinggal soal motor listrik ketimbang para pemain baru.
Namun, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) yang menaungi merek-merek besar ini kurang setuju dengan anggapan tersebut.
"Bukan lambat, tapi strategi pasarnya (pemain besar) yang berbeda sehingga muncul kesannya lambat," ucap Hari Budianto, Sejken AISI di Jakarta, Rabu (4/10/2023).
"Sebenernya prinsipal semua (merek besar) sudah bersiap dari jauh-jauh, tapi kalau masalah entry (masuk menjual produk) itu lain soal," tambahnya.
Hari menuturkan, para pemain besar ini punya pertimbangan yang jauh lebih ketat sebelum mantap terjun langsung ke pasar motor listrik.
Utamanya soal volume, Hari mengatakan bahwa pangsa pasar motor listrik saat ini baru mencapai 5 ribu unit per bulan, hanya satu persen dari total penjualan motor yaitu 500 ribu unit per bulan.
Baca Juga: Dapat Subsidi Rp 7 Juta, Ini List Terbaru Motor Listrik TKDN 40%
Memang jauh lebih besar ketimbang dua tahun terakhir, namun masih sangat kecil ketimbang pasar motor secara umum yang per Agustus 2023 lalu sudah mencapai 4,3 juta unit.
"Kalau pemain baru kan memang harus maju duluan karena melihat kesempatan, tapi kalau yang sudah lama tentu melihat (harus ada) jumlah minimum," ucap Hari.
"Itu hanya gambaran masalah strategi, berbeda dengan masalah persiapan teknologi," lanjutnya.
"Soal penyiapan teknologi, yang saya tahu jauh lebih mutakhir karena bahkan sebelum di sini (Indonesia) gembar-gembor listrik mereka sudah siap semuanya," tutup Hari.
Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR