GridOto.com - Buruknya kualitas udara di Jabodetabek khususnya DKI Jakarta tengah menjadi sorotan akhir-akhir ini.
Terutama setelah laporan situs perusahaan teknologi kualitas udara asal Swiss yaitu IQAir, memberitakan bahwa kualitas udara di Jakarta adalah yang terburuk di dunia pada 6 Juni 2023 lalu.
Dari laporan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, emisi gas buang kendaraan dari transportasi yang padat dan aktivitas industri menjadi dua penyumbang besar polusi udara selama 2022.
Polusi tersebut tentu berdampak pada rendahnya angka harapan hidup warga Jakarta dan sekitarnya, karena udara di lingkungan rentan menimbulkan penyakit.
Tidak terkecuali bagi para pengguna jalan, utamanya pejalan kaki dan pengendara motor yang terpapar langsung oleh berbagai polutan tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Kartini Rustandi, selaku Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan, menyampaikan jika angka harapan hidup menurun atau rendah, risiko kematian masyarakat berusia muda jadi tinggi.
"Dulu orang tua yang meninggal karena sakit biasanya umurnya 70 tahunan ke atas, sekarang umur 40 saja sudah banyak. Hal ini menunjukkan angka harapan hidup dan kepedulian akan kesehatan masih rendah," kata Kartini beberapa waktu lalu.
Buruknya kualitas udara atau polusi bisa menimbulkan berbagai penyakit seperti asma, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), bronkitis, stroke, jantung, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), hingga kanker paru-paru.
Kartini mengungkapkan, pihaknya dan BPTJ terus berusaha untuk menggeser pola pergerakan masyarakat dari transportasi pribadi ke transportasi publik.
Baca Juga: Dibilang Bebas Emisi, Benarkah Mobil Listrik Hanya Memindahkan Polusi?
"Polusi di Jakarta sudah parah, masyarakat harus mengubah kebiasaannya dengan naik transportasi publik dan meningkatkan aktivitas fisik," ungkap Kartini.
Kartini melanjutkan, aktivitas fisik untuk kesehatan dilakukan dengan intensitas sedang antara 4 sampai 5 kali per minggu selama minimal 30 menit.
"Aktivitas fisik ini misalnya bisa dilakukan saat berjalan kaki menuju layanan angkutan umum misalnya dari stasiun ke tempat pemberhentian bus,” jelas Kartini.
Pemerintah DKI Jakarta sendiri mengakui bahwa kualitas udara di Ibu Kota memang tengah menurun, salah satunya diperparah oleh musim kemarau.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, rata-rata konsenterasi polutan PM 2,5 di Jakarta pada Mei 2023 adalah 50,21 mikrogram per meter kubik.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dari panduan kualitas udara dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyebutkan bahwa ambang batas rata-rata polutan PM 2,5 per harinya adalah 15 mikrogram per meter kubik.
Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR