GridOto.com - Toyota Fortuner dan Mitsubishi Pajero Sport rebutan pelek ini, bahkan Toyota Kijang Innova diesel pun kini juga ikut rebutan.
Padahal aslinya pelek ini adalah pelek lansiran Thailand, yaitu Lenso Venom.
Awalnya pelek ini belum begitu populer di Indonesia, namun seitar 2019 akhir hingga 2020, pelek ini mulai populer di kalangan pengguna Big SUV.
Paling banyak tentu digunakan di Toyota Fortuner diesel dan Mitsubishi Pajero Sport.
Salah satu pengguna Fortuner yang sempat diwawancarai GridOto pernah membahas alasannya.
Baca Juga: Kawal Performa Kencang Modifikasi Pajero Sport Pakai BBK Depan Dan Belakang
"Jadi sebetulnya model desainnya memang terbilang keren. Tapi bukan itu alasan utamanya," ucap Ivan James Anggono, pemilik Fortuner.
"Alasannya itu lebih kepada ukuran offset-nya yang benar-benar pas di fitment big SUV kaya Fortuner sama Pajero," ungkap Ivan menambahkan.
Ukuran offset pada Lenso Venom ini adalah 0 (nol). Bagi Fortuner dan Pajero Sport ini merupakan kombinasi paling ideal, baik dari spesifikasi hingga harganya.
Semakin sulit lagi persaingan mendapatkan Lenso Venom karena sekarang Toyota Innova diesel juga ikut memburunya.
Namun perbedaan ukuran PCD memecah pemetaan perburuan atas pelek ini menjadi Big SUV dan Innova diesel.
Baca Juga: Modifikasi Toyota Kijang Innova Bisa Tembus 650 Nm Gara-Gara Ini
Mega Arvia selaku improtir Lenso di Indoensia bahkan mengaku kesulitan memenuhi demand pasar atas Lenso Venom ini.
Kemudian di 2022, akhirnya Mega Arvia memboyong generasi terbaru Lenso Venom yakni Lenso Venom5 yang merupakan edisi terbatas.
"Pasti berbeda sama Lenso Venom yang biasa dari segi warna, material, dan beberapa sentuhan dekoratif di face pelek," terang Soeganda, General Manager PT. Mega Arvia Utama.
Soal ukuran yang paling diminati adalah ring 18x9 inci ET 0.
Berbeda dengan Lenso Venom yang dibuat dengan proses casting, Lenso Venom5 ini diproduksi dengan proses flow forming.
Sehingga harga Lenso Venom5 relatif lebih mahal ketimbang Lenso Venom biasa yakni di angka Rp 20 jutaan.
Editor | : | Dwi Wahyu R. |
KOMENTAR