GridOto.com - Bos Monster Energy Yamaha, Lin Jarvis, sangat kesal dengan kontroversi yang terjadi di MotoGP akhir-akhir ini.
Lin Jarvis menyoroti hukuman dari Stewards MotoGP kepada pembalap yang dinilainya tidak adil dan terus berubah-ubah standarnya.
Ketidakadilan tersebut yang akhirnya membuat seluruh pembalap terus memprotes apapun yang dihasilkan oleh Stewards, sehingga situasi menjadi terus memanas.
"Kami tentu perlu membahas bagaimana kinerja Stewards," kata Jarvis dilansir GridOto.com dari Corsedimoto.
"Faktor mendasarnya adalah para pembalap sudah tidak percaya lagi dengan sistem yang ada," tegasnya.
Menurut manajer asal Inggris ini, MotoGP sedikit banyak sudah terkena racun dari kompetisi sepak bola.
Racun yang dimaksud adalah 'diving', alias reaksi palsu berlebihan atau reaksi berpura-pura saat terjadinya suatu insiden demi mencari keuntungan.
"Harus ada jalan yang lebih baik untuk membuat semua lebih adil. Tak semua kasus ditangani dengan cara sama," ungkapnya.
"Kadang ada insiden yang dihukum, ada yang tidak, padahal insiden-insiden itu bobotnya sama. Beberapa penalti berlaku bahkan ketika ada kontak minim," jelasnya.
Baca Juga: Klasemen Sementara MotoGP 2023 Jika Tak Ada Sprint Race, Pecco Bagnaia Aduh Kasihan Deh
Pada akhirnya, Stewards malah mengambil keputusan ataupun hukuman berdasarkan dari reaksi para pembalap, bukan dari kejadian ataupun insidennya.
Jadi jika pembalap yang dirugikan tidak bereaksi terhadap suatu insiden, maka tidak ada penalti dari Stewards.
Sedangkan jika ada reaksi atau keluhan, maka tak lama kemudian Stewards akan memberikan penalti.
"Rumornya Stewards menilai semua dari reaksi kemarahan pembalap. Padahal seharusnya mereka harus bisa membedakan gestur asli dan gestur pura-pura seperti di sepak bola," sindirnya.
"Di sepak bola pemain depan yang disenggol dengan ringan oleh bek akan jatuh secara dramatis di kotak penalti demi mempengaruhi wasit memberikan penalti. Metode semacam ini tak punya tempat di MotoGP," tegasnya.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Corsedimoto.com |
KOMENTAR