GridOto.com - Tenaga Ahli Perusahaan Otobus (PO) Kencana, Rian Mahendra, mengungkapkan tiga musim mudik Lebaran paling parah yang membuat PO bus kewalahan.
Menurut Rian, tiga musim mudik Lebaran tersebut berdampak pada kacaunya jadwal keberangkatan bus, sehingga penumpang harus menunggu berjam-jam bahkan hingga keesokan harinya.
"Gue selama 20 tahun ngurusin arus mudik, yang (jadwalnya) telat sampai beda hari itu cuma 3. Pertama waktu jembatan Comal putus, lalu kejadian Brexit, sama arus mudik kemarin (tahun lalu) pasca-pandemi," ucap Rian dalam siaran live di akun Instagram pribadinya @rianmahendra83 beberapa hari lalu.
Dari ketiga musim mudik Lebaran tersebut, menurut Rian yang paling parah adalah tahun lalu.
"Itu parahnya luar biasa, enggak cuma telat beda hari, pasca-pandemi kemarin sampai 3 hari itu. Jatah yang harusnya berangkat hari ini, bukan besok berangkat, tapi besoknya lagi (lusa) berangkat, gila ya," tutur Rian.
Mengutip berbagai sumber, penyebab molornya jadwal bus pada mudik Lebaran tahun lalu adalah penerapan rekayasa lalu lintas berupa contra flow di tol Trans Jawa.
Hal ini membuat bus dari arah Timur kesulitan untuk kembali ke arah Barat.
Sehingga penumpang yang masih berada di Barat terlantar karena bus mereka tertahan di wilayah Timur.
Sedangkan, kejadian putusnya jembatan Comal di Pemalang, Jawa Tengah, terjadi pada musim mudik Lebaran 2014.
Baca Juga: Rian Mahendra Sebut Bus Double Decker Baru PO Kencana Belum Bisa Dipakai Mudik, Ada Masalah Apa?
Saat itu jembatan Comal yang menjadi salah satu jalur mudik favorit warga terputus dan mengakibatkan kemacetan panjang hingga berjam-jam.
Berikutnya, kejadian Brexit pada musim mudik Lebaran 2016 merupakan salah satu tragedi kemacetan terpanjang di Indonesia.
Bahkan, kejadian ini sampai menyebabkan 17 orang meninggal dunia.
Kejadian ini terjadi karena berbagai faktor, yang paling utama adalah menumpuknya kendaraan di gerbang tol Brebes Timur.
Akses jalan setelah keluar tol juga dinilai kurang memadai, sehingga banyak kendaraan yang terjebak hingga belasan jam.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
KOMENTAR