GridOto.com - FIM dan Dorna Sports sempat menghentikan sementara program pembalap wildcard di kejuaraan dunia Moto2.
Penghentian program wildcard Moto2 tersebut dilakukan selama dua musim, tepatnya dari 2019 hingga 2020 lalu.
Periode itu adalah saat dua tahun pertama kejuaraan Moto2 beralih ke mesin Triumph 765 cc 3 silinder, setelah sembilan tahun memakai mesin Honda 600 cc 4 silinder.
Hal itu tidak diterima baik oleh tim yang tentunya ingin menampilkan beberapa slot wildcard-nya selama dua musim tersebut.
Hampir seluruh tim mengkritik Triumph sebagai produsen dan ExternPro sebagai penyedia jasa servis mesinnya.
Mereka menganggap keduanya tidak bisa memberikan pasokan mesin yang jumlahnya aman untuk musim perdana di 2019.
Namun baru-baru ini, Trevor Morris selaku Direktur Teknis ExternPro, mengungkap penyebab sebenarnya soal penghapusan wildcard tersebut.
"Alasan utamanya adalah keamanan. Karena ECU Magneti Marelli yang baru di mesin tiga silinder Triumph cukup kompleks dibandingkan ECU sebelumnya. Saat Honda, kau hanya cukup menancapkannya di Moto2 dan melaju," kata Morris dilansir GridOto.com dari Speedweek.
Perlu diketahui juga, jumlah mesin Moto2 memang tidak banyak saat itu, cadangannya tidak banyak, tapi bukan berarti Triumph tak bisa menyediakannya.
Baca Juga: Pecco Bagnaia Harus Waspada, Enea Bastianini Bertekad Ingin Mengalahkannya di MotoGP 2023
Setiap tiga seri Moto2 tiap tim akan mengirim mesin motor ke ExternPro untuk di-overhaul sebelum dikembalikan lagi untuk dipakai balapan.
Namun masalah stok itu bukan masalahnya, tapi tampil hanya sekali dalam semusim akan berbahaya.
"Dengan Triumph, kami punya banyak pilihan. Tim Moto2 tak bisa terburu-buru masuk ke kejuaraan dengan wildcard sekali selama setahun," sambungnya.
"Kau perlu spesialis elektronik, jika tidak maka akan berbahaya, juga buat pembalap lainnya di trek," jelas Morris.
Karena saat itu masih baru dan tiap tim perlu belajar dengan karakter mesin Triumph dan ECU-nya, makanya wildcard dilarang untuk sementara.
Sedangkan untuk sekarang lebih memungkinkan karena tiap tim sudah punya banyak data dan pembalapnya tak perlu beradaptasi terlalu berat.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
Sumber | : | Speedweek.com |
KOMENTAR