Gridoto.com - Tahun 2022 penjualan mobil baru bergairah.
Muncul model-model baru di berbagai segmen.
Terutama di segmen gemuk MPV, Low MPV, SUV dan Low SUV, bertebar model baru yang sudah meluncur sejak 2021.
Bisa dibilang, mobil model apapun dimakan oleh pasar.
Masa-masa menahan pembelian selama dua tahun rupanya terlampiaskan di tahun ini.
Prediksi total penjualan 900 ribu unit sepanjang 2022 tembus.
Selamat berbahagia bagi Anda yang sudah memarkir mobil baru di garasi.
Namun kisah manis tersebut enggak berlaku untuk semua model.
Ada beberapa model yang cukup berat menyerap di pasar, tak terkecuali model dari brand-brand yang dianggap kuat.
Diskon, jurus yang secara teoretis pantang dilakukan karena dianggap menurunkan citra terpaksa dilakukan.
Model-model baru takluk dengan daya serap pasar.
Sebut saja dari keluarga Hyundai, Stargazer, Creta, Santa Fe diganjar diskon hingga puluhan juta.
Hanya Ioniq 5 yang fenomenal harus inden dan harga bekasnya justru ratusan juta lebih mahal dari baru.
Besarannya sampai Rp 30 juta, itu harga yang dipublish. Entah kalau sudah duduk di meja transaksi.
Suzuki pun sama, brand ini dikenal rajin umbar diskon gede di ujung tahun.
Suzuki Ertiga, XL7 kena diskon sampai Rp 35 juta. Model lainnya dipangkas hingga Rp 20 juta.
Khusus S-Cross, lebih nendang lagi, babat harga sampai Rp 60 juta dari price list Rp 340 juta.
Menariknya, kisah ini juga menjalar ke Honda yang biasanya cuma ngasih diskon dealer.
Seorang konsumen melaporkan berhasil mendapat diskon Rp 50 juta untuk pembelian BR-V teratas dengan Honda Sensing.
Alhasil, ia bisa menikmati mobil yang dinilai mahal tersebut dengan harga di bawah Rp 300 juta.
Jika pembeli lain tahu, pasti mereka iri bisa punya varian teratas tapi dengan banderol enggak sampai Rp 300 juta.
Ini luar biasa untuk brand Honda.
Namun juga menunjukkan, siapa saja enggak kebal dari tekanan pasar termasuk pemain kuat.
Bicara kebijakan pricing, konsumen Indonesia semakin terlihat karakternya.
Mereka yang masuk kategori konsumen Inovator atau Early Adopter, buru-buru menyerbu model baru.
Produsen umumnya enggak terkecoh dengan fenomena ini.
Konsumen berduit dan punya gengsi tinggi umumnya ingin mendapat unit lebih dulu. Dan bisa ditebak, didominasi peminat varian termahal.
Pasar yang sesungguhnya baru muncul ketika konsumen penyerap pertama ini mereda.
Produk bisa sustainable kalau konsumen gelombang kedua ini terus-menerus dibeli konsumen.
Bisa jadi mendebarkan jika gelombang kedua ini melemah.
Alhasil, model baru sekalipun enggak lolos dari ‘kewajiban diskon’ demi melariskan stok yang ada.
Di titik ini, konsumen diuntungkan, produsen deg-degan.
Editor | : | Iday |
KOMENTAR