GridOto.com - Sepanjang 4 bulan terakhir tercatat paling tidak ada 4 kejadian kecelakaan mobil tabrak bagian belakang truk.
Di semua kejadian di atas, penumpang kendaraan menjadi korban meninggal.
Sementara sopir yang mengendarai dalam keadaan selamat hanya luka-luka ringan.
Pihak kepolisian menduga adanya human error alias kesalahan manusia dalam hal ini sopir yang mengantuk.
Sebab, melihat kejadian, terjadinya kecelakaan umumnya di jam-jam rawan, yakni dinihari atau subuh.
Mengantuk atau pengendara yang tertidur sekejap ketika membawa kendaraan ini disebut microsleep.
Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, menyoroti tugas sopir yang biasanya memiliki tugas ganda (multitasking) bisa menyebabkan terjadinya microsleep.
"Tugas sopir idealnya hanya konsentrasi dan melakukan tindakan preventif mulai dari memastikan kondisi kendaraan hingga menjaga waktu istirahat," ujarnya saat dihubungi GridOto.com, Minggu (21/8/2022).
Karena itu Jusri menyebut, jangan sampai tugas sopir yang harusnya fokus mengemudi juga mengurusi urusan-urusan lain atas permintaan atasannya.
"Misalnya seperti membantu mengangkut barang bosnya hingga tugas lainnya, dan ini banyak terjadi di Indonesia," sebutnya.
Adapun sopir kerap menjadi tangan kanan atau asisten pengguna jasanya, yang menyebabkan lebih banyak terlibat aktivitas.
"Kegiatan multitasking dari sopir ini, terjadi bukan hanya saat mengemudi, tapi juga pra-mengemudi. Ini akan mengurangi kualitas konsentrasi ketika berkendara di jalan," terang Jusri.
Padahal menurutnya, sopir sudah sangat multitasking ketika mengemudi di jalan.
"Makanya korporasi atau perusahaan pengguna jasa sopir, memiliki manajemen yang luar biasa bagi para driver," kata Jusri.
"Alasannya karena tanggung jawab besar yang ditanggung si sopir, mulai dari mengantarkan barang hingga penumpang selamat sampai tujuan," lanjutnya.
Karena hal tersebut juga, korporasi biasanya melakukan assesment atau penilaian kepada para sopir guna memastikan kondisinya baik saat bertugas.
"Saat bertugas di hari itu juga, sopir akan di-assesment demi menentukan dia berhak atau tidak untuk menjalankan tugas," ungkap Jusri.
Maka dari itu, kondisi fisik dan mental sopir perlu menjadi pertimbangan bagi para pengguna jasanya, baik dalam skala perusahaan maupun perorangan.
"Proses asesmen ini perlu jadi pertimbangan penting, karena akan menentukan keselamatan nyawa sopir hingga orang lain," tutup Jusri.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR