GridOto.com - Alih-alih meminta maaf soal pelanggaran aturan batasan anggaran F1 2021, Bos tim Red Bull Racing yakni Christian Horner malah menuntut permintaan maaf dari tim-tim lain.
Christian Horner pun menuntut permintaan maaf dari para petinggi tim F1, atas tuduhan berlebihan yang mencoreng nama Red Bull Racing soal pelanggaran batasan anggaran alias budget cap F1 2021.
Tuduhan berlebihan yang dimaksud Horner, adalah soal klaim Red Bull Racing melakukan belanja berlebihan dari segi teknis yang memengaruhi performa mobilnya.
Beberapa tim menyebut Red Bull melakukan overspent dalam pengembangan mobil, dan hal itu sangat berpengaruh dengan hasil di atas trek.
Para petinggi tim F1 lain menuntut hukuman berat, termasuk diskualifikasi hingga pembatalan gelar juara, jika memang pelanggaran anggaran dilakukan untuk pengembangan teknis.
Namun pada akhir pekan di F1 Meksiko 2022, Red Bull Racing telah mengaku melakukan pelanggaran dengan menyepakati dokumen Accepted Breach Agreement (ABA) yang diterapkan oleh FIA Cost Cap Administration.
Red Bull Racing pun terbukti melanggar batasan anggaran senilai 1.864.000 poundsterling atau setara Rp 33,7 miliar pada F1 2021. (kurs 1 poundsterling senilai Rp 18.067 per 29 Oktober 2022)
Angka tersebut sekitar 1,6 persen dari batas anggaran maksimal sebesar 118.036.000 poundsterling (senilai Rp 2,13 triliun) yang diterapkan di F1 2021.
Jika mengacu penerapan pajak 2021 dengan nilai 1.431.438 poundsterling (Rp 25,9 miliar), maka Red Bull sebenarnya cuma dianggap melanggar 432.652 poundsterling (Rp 7,8 miliar) alias 0,37 persen saja.
Baca Juga: Hasil FP2 F1 Meksiko 2022 - George Russell Langsung Ngacir, Charles Leclerc Crash
Di dalamnya tidak ada detail overspent budget untuk pengembangan mobil seperti isu yang diangkat oleh bos-bos tim lain.
Kelebihan anggaran disebutkan FIA disebabkan karena beberapa hal di antaranya anggaran katering yang berlebihan, bonus pekerja serta jaminan sosial untuk pekerja, serta pengeluaran di luar F1.
Red Bull pun diberi sanksi denda 7 juta dollar AS kepada FIA (Rp 109 miliar, kurs 1 dolar AS senilai Rp 15.557 per 29 Oktober 2022), serta pembatasan tes aerodinamika.
Horner merasa keberatan dengan tuduhan yang dilakukan tim-tim lain telah mencoreng nama Red Bull, bahkan timnya disebut sebagai cheater atau orang yang bertindak curang dalam kejuaraan.
"Jujur saja, kami seharusnya mendapat permintaan maaf dari rival kami soal klaim yang mereka buat. Kami takkan meminta maaf soal apa yang kami lakukan," ujar Horner dilansir GridOto.com dari PlanetF1.com.
"Kami benar-benar memikirkannya dan selalu ada pelajaran di dalamnya. Tapi tidak ada kesengajaan, tidak ada kebohongan dan tentu saja tidak ada kecurangan di dalamnya, yang mana itu dituduhkan dari segala penjuru," jelas Horner.
Christian Horner pun memilih move on dan tak mau memikirkan masalah ini berlarut-larut.
Red Bull pun menerima sanksi dari FIA dan tidak akan mengajukan protes ataupun banding.
"Kami sudah dikasih penalti dari segi teknis dan finansial. Uang 7 juta dolar AS itu besar. Tapi yang lebih berat adalah penalti teknisnya, yang mana 10 persen pengurangan penggunaan terowongan angin untuk tes aerodinamika," sambung Horner.
"Beberapa orang bilang itu penalti yang tidak berat. Tapi kubilang, itu adalah angka besar dan menggambarkan pengurangan dari 0,25 hingga 0,5 detik per lap nya," tegas Horner.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
Sumber | : | planetf1.com |
KOMENTAR