GridOto.com- Kasus kematian pada anak-anak di Gambia, Afrika terkait obat sirup paracetamol, membuat pihak terkait di Indonesia waspada.
Paracetamol merupakan obat pereda demam dan nyeri, termasuk nyeri haid atau sakit gigi. Paracetamol atau acetaminophen tersedia dalam bentuk tablet, sirop, tetes, suppositoria, dan infus.
Dalam kasus yang terjadi di Gambia, di dalam sirup paracetamol produksi Maiden Pharmaceutical Ltd, India ditemukan senyawa kimia etilen glikol.
Senyawa kimia etilen glikol merupakan senyawa yang bisa sobat temukan di botol kemasan cairan radiator.
Dalam wawancara di 2019 lalu kepada GridOto.com, Felix Chandra Area Sales Manager, PT Laris Chandra, distributor Prestone menyebutkan kandungan Ethylene Glycol atau etilen glikol (EG) pada cairan radiator itu sangat penting.
"EG ini berfungsi menaikan boiling point (titik didih) dari air radiator atau coolant," buka Felix Chandra.
Seperti kita ketahui, air biasa punya titik didih 100 derajat Celcius.
"Tapi kalau dicampurkan dengan EG ini air radiator jadi mempunyai titik didih sampai 127 derajat Celcius," jelas Felix ketika itu.
Meski produk sirup bikinan India tidak beredar di Indonesia, namun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan menelusuri kasus yang baru-baru ini terjadi di Indonesia.
Baca Juga: Ini Fungsi Kandungan Ethtlene Glycol Pada Air Radiator, Bikin Dingin?
Dilansir dari Kompas.com, saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat jumlah penderita gangguan ginjal akut misterius mencapai 206 kasus yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia.
Sebanyak 99 di antaranya meninggal dunia.
Mayoritas pasien yang meninggal adalah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
Angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65 persen.
Dalam laman Website Universitas Padjadjaran, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Prof. apt. Muchtaridi, PhD, menjelaskan, etilen glikol (EG) dan dietilen glikol merupakan senyawa pelarut organik dengan rasa manis yang kerap disalahgunakan untuk pelarut obat.
Kelarutan dan rasa manisnya tersebut kerap disalahgunakan untuk mengganti propilen glikol atau polietiken glikol.
“Masalahnya, dietilen glikol dan etilen mengalami oksidasi oleh enzim,” kata Prof. Muchtaridi.
Ketika masuk ke tubuh, senyawa ini mengalami oksidasi oleh enzim sehingga menjadi glikol aldehid kemudian kembali dioksidasi menjadi asam glikol oksalat dan kemudian membentuk lagi menjadi asam oksalat.
Asam oksalat inilah yang memicu membentuk batu ginjal.
Lebih lanjut Prof. Muchtaridi memaparkan, asam oksalat jika sudah mengkristal akan berbentuk seperti jarum tajam.
“Asam oksalat kelarutannya kecil, kalau ketemu kalsium akan terbetuk garam yang sukar larut air dan larinya akan ke organ seperti empedu dan ginjal. Jika lari ke ginjal akan jadi batu ginjal. Kristalnya tajam akan mencederai ginjal,” terangnya.
Jika kondisi ini terjadi pada anak-anak yang notabene memiliki ukuran ginjal lebih kecil, dampak yang ditimbulkan akan parah.
Tidak hanya memapar di ginjal, efeknya juga bisa lari ke jantung dan juga bisa memicu kematian yang cepat.
“Yang paling berbahaya ketika kondisi ini terjadi di negara-negara kering. Kondisi dehidrasi akan mempercepat pembentukan asam oksalatnya. Contohnya seperti di Gambia,” imbuhnya.
Karena efek sampingnya yang berbahaya, dietilen glikol dan etilen glikol sebenarnya sudah dilarang ketat penggunaannya dalam obat oleh Food and Drugs Administration (FDA) sejak 1938.
Namun, pada 1998, India mencatat ada kasus sedikitnya 150 anak meninggal dengan penyakit yang sama dalam lima tahun terakhir.
Selain dugaan kandungan etilen glikol pada parasetamol sirup sebagai penyebab ginjal akut misterius pada anak, ada dugaan lainnya yang ditemukan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Beberapa dugaan yang muncul adalah dipicu oleh infeksi virus yang ditemukan dalam tubuh pasien, maupun mengarah pada multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem setelah Covid-19.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR