GridOto.com - Universitas Teknologi Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) tak mau ketinggalan dari kampus lainnya dalam menciptakan mobil listrik.
Belum lama ini Universitas Teknologi Sumbawa menghadirkan mobil listrik bernama NgebUTS, di Sirkuit Mandalika pada ajang balap kendaraan ramah energi Shell Eco-marathon 14-15 Oktober 2022.
Ahmad Jaya, Director PT Olat Maras Teknologi sekaligus Dosen Electrical Engineering Dept. Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), mengatakan mobil listrik NgebUTS dibuat berdasarkan pengembangan kendaraan listrik yang sudah dibuat sebelumnya.
"Awalnya kampus ada program dari elektrikal, jadi hasil implementasi dari elektrikal kami adalah penciptaan kendaraan listrik. Kami main dari paling bawah yaitu sepeda listrik," ujarnya saat kepada media di Sirkuit Mandalika, belum lama ini.
Dari sepeda listrik tersebut, mahasiswa UTS akhirnya berhasil membuat mobil listrik NgebUTS dalam waktu satu bulan.
"Teman-teman kemudian melihat dan berinovasi dari sistem mobil listrik yang tidak jauh berbeda dengan yang dipelajari dari sepeda listrik. Sistemnya tidak terlepas dari baterai, dinamo, dan part-part lain, namun part-part tersebut yang menjadi fokus dari mobil listrik," ungkap Jaya.
Lebih lanjut, ia mengaku bahwa pihaknya baru membuat satu unit mobil listrik berdesain unik tersebut.
"Pembuatan kendaraan listrik ini baru 1 unit yang kami siapkan, ini sudah kami uji coba dan akan kami kembangkan," kata Jaya.
Dari hasil uji cobanya, mobil listrik NgebUTS dapat mencapai jarak 100 kilometer (km) dengan kecepatan 40 km per jam.
"Sementara lama pengecasan baterainya butuh waktu tujuh jam. Kalau dikalkulasikan, jarak tempuh 100 km berarti dia cuma menghabiskan Rp 5.700 sementara kalau bandingkan dengan energi bensin, biaya per 100 km bisa mencapai Rp 100 ribu," terang Jaya.
Sedangkan untuk baterainya, NgebUTS dilengkapi baterai lithium berdaya 3,9 kW dengan dinamo 1,2 kW.
Baterai tersebut dipesan dari Jakarta dan sudah disesuaikan dengan kapasitas dinamonya.
Dilihat dari desainnya, NgebUTS sekilas mirip dengan mobil Buggy dengan atap terbuka yang biasanya memiliki kapasitas dua orang penumpang.
"Kali ini kami buat desainnya terbuka saja agar di event ini bisa dinaiki dan dilihat oleh orang-orang. Tapi untuk pembuatan mobil, model atau desainnya bisa kami sesuaikan dan teman-teman di bengkel," jelas Jaya.
Namun pengembangan mobil listrik buatan mahasiswa ini dinilai masih memiliki berbagai tantangan.
"Untuk pembuatannya ini sangat besar tantangannya, termasuk untuk baterai ini secara nasional belum begitu banyak untuk produksinya. Jadi salah satu kesusahan kami yaitu baterainya masih dari luar daerah," tutup Jaya.
Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR