Gridoto.com - Ternyata ada alasan mengapa banyak bengkel bubut yang sarankan langsung oversize piston langsung ke 50 tidak ke 25 terlebih dahulu.
Padahal, idealnya kalau motor mulai ngebul bisa dikorter pakai piston oversize 25 terlebih dahulu sebelum naik lagi ke piston oversize 50.
Menurut Chandra Sopandi dari bengkel bubut Master Tjendana di Bandung, ada alasan mengapa bengkel bubut ada yang menyarankan ke pemilik motor atau mekanik langsung oversize piston ke 50.
"Kalau piston standar naik ke oversize 25 itu memang ada kemungkinan tidak bersih atau sempurna," yakin Chandra yang workshopnya di Jl. Rajawali Sakti II No. 9, Andir, Bandung, Jawa Barat.
Baca Juga: Biar Awet, Begini Cara Inreyen Mesin Motor 2-tak Setelah Korter dan Ganti Piston
Jika hasil korteran tidak sempurna otomatis mesin motor bisa cepat ngebul atau malah ngebul dari knalpot motornya tidak hilang setelah dikorter.
"Kalau tidak bersih itu bengkel bubut jadi kerja dua kali karena harus korter ulang ke oversize 50. Pemilik motor atau mekanik juga jadi repot karena harus tukar piston yang dibeli dengan ukuran oversize 50," ucap Chandra saat dihubungi Gridoto.
"Makanya, untuk efisiensi waktu agar tidak kerja dua kali, banyak bengkel bubut yang menganjurkan langsung oversize mesinnya ke 50 tidak ke 25 terlebih dahulu," tuturnya.
Selain itu, kondisi mesin yang ingin dikorter juga menentukan apakah bisa dikorter 25 atau harus lompat ke 50.
Baca Juga: Awas! Asal Korter Blok Silinder Malah Bikin Motor Tambah Ngebul
"Kalau ausnya dirasa masih normal, bisa dikorter 25. Tapi kalau sudah terlalu longgar harus ke 50 agar hasilnya bersih sempurna," yakin Chandra lagi.
Chandra juga menuturkan, untuk proses korter antara dari 0 ke 25 dan 0 ke 50 itu nyatanya prosesnya lebih mudah dari 0 langsung lompat ke 50.
Makanya, banyak bengkel bubut yang langsung menganjurkan untuk langsung melompat ke korter 50 tidak ke 25 dulu.
Jadi itu tadi beberapa alasan mengapa banyak bengkel bubut menganjurkan langsung lompa korter dari 0 ke 50, tidak ke 25 terlebih dahulu.
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR