GridOto.com - Pemerintah Indonesia telah memberikan insentif Pajak Pembelian Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil baru sejak Maret 2021 lalu.
Selama diberlakukan, insentif PPnBM membawa angin segar bagi penjualan mobil baru yang tengah dihantam pandemi Covid-19.
Termasuk untuk PT Toyota Astra Motor (TAM), yang mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 80 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Efeknya memang sangat kuat. Sampai Oktober lalu, penjualan Toyota saja angka penjualannya naik 80 persen sementara pasar naik kira-kira 65 persen,” ” ujar Anton Jimmi Suwandy, Marketing Director TAM kepada GridOto.com pada Minggu (7/12/2021).
“PPnBM ini jadi salah satu dorongan terkuat lah, jadi pastinya kami berterimakasih sekali dengan pemerintah,” tambahnya saat berada di Sirkuit Sentul, Jawa Barat.
Melihat dampak tersebut, tidak heran apabila santer beredar isu bahwa pemerintah berniat untuk memperpanjang insentif PPnBM hingga memasuki 2022.
Apalagi, pemerintah juga mengaku memperoleh kenaikan pendapatan hingga 6 kali lipat dari industri pendukung industri otomotif dalam negeri.
"Kita bisa melihat cost-benefitnya ada, pemerintah pajak barang mewahnya berkurang, tapi ada benefit di tempat lain,” tukas Agus Gumiwang selaku Menteri Perindustrian RI beberapa waktu lalu.
“Itu kalau kita hitung enam kali lipat benefitnya dari industri pendukung, tier 1, tier 2 hingga IKM (Industri Kecil Menengah)," lanjutnya.
Baca Juga: Gara-gara GR Yaris Laku Keras, Toyota Ngaku Tertarik Ikut Turun di Kejurnas Reli
Kabar tersebut pun disambut positif oleh Toyota, yang berharap pemerintah setidaknya mengkaji kemungkinan untuk memperpanjang insentif PPnBM untuk mobil baru.
Meskipun, Anton tidak memungkiri bahwa pemerintah pasti punya banyak pertimbangan sebelum bisa mengambil keputusan tersebut.
“Pemerintah kan punya hitungan sendiri, mereka mengeluarkan uang berapa dan dapatnya berapa, hasilnya itu masih kami tunggu lah,” kata Anton.
“Harapan kami sih diperhitungkan juga karena bagaimanapun kondisi pandemi belum selesai,” lanjut pria kelahiran Solok, Sumatera Barat itu.
Terlebih, kini langkah kebangkitan ekonomi Indonesia harus bersiap menghadapi ‘tantangan baru’ berbentuk varian Omicron dari Covid-19.
Sehingga, ditakutkan sektor-sektor industri di Indonesia termasuk industri otomotif masih harus menghadapi ‘serangan baru’ yang kembali menghambat proses pemulihan mereka.
“Karena tantangannya di ekonomi dulu, kalau ekonominya turun, otomotif juga turun, jadi tinggal bagaimana kita bisa menyeimbangkan hal itu,” tutup Anton.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
KOMENTAR