GridOto.com - Selain mesin bertenaga dan pembalap yang berkemampuan tinggi, aerodinamika memegang peran sangat besar di dunia balap modern.
Aliran udara yang besar tak hanya jadi penghambat laju pembalap beserta kendaraan balapnya, tapi bisa dimanfaatkan dengan maksimal untuk beberapa keuntungan.
Baik di balap roda 4 seperti F1 ataupun roda 2 seperti MotoGP, tiap tim selalu berlomba untuk masalah aerodinamika.
Dalam ilmu fisika, aerodinamika merupakan bagian dari ilmu fluida dinamika.
Fluida dinamika ini membahas gerakan partikel yang bebas bergerak pada umumnya (misal: air, udara, dan plasma), jadi aerodinamika khusus untuk gerakan udara saja.
Pengaturan prinsip aerodinamika ini berhubungan dengan hukum Bernoulli.
Ada rumus perinci dalam hukum Bernoulli ini, tapi kita ambil intinya saja, biar tidak terlalu pusing.
Hukum Bernoulli ini mengatakan bahwa perbedaan kecepatan aliran fluida di suatu area akan berpengaruh dalam perbedaan tekanan di aera tersebut.
Baca Juga: Semakin Cinta Lingkungan, MotoGP Bakal Pakai Bahan Bakar Nonfosil Mulai Musim 2027
Jika kecepatan udara tinggi maka tekanannya kecil, dan sebaliknya jika kecepatan udara rendah maka tekanan menjadi besar.
Tekanan ini sebanding dengan gaya yang beroperasi di suatu obyek tertentu sehingga kecepatan tinggi maka gayanya akan menjadi rendah, dan sebaliknya.
Misalnya di gambar di atas, ada aliran udara yang melewati suatu obyek dan terbagi melewati atas dan bawah obyek.
Anggap saja obyek tersebut adalah part aerodinamika seperti spoiler mobil F1 atau aerobody motor MotoGP.
Part tersebut tergantung bagaimana bentuk, penempatan, atau bahkan gerakannya, namun yang jelas fungsinya untuk memainkan pembagian kecepatan aliran udara yang melewati bagian atas dan bawah.
Jika aliran udara di atas lebih cepat dibanding area di bawah, tekanan di bagian atas lebih kecil dari bagian bawah, maka part tersebut akan terdorong ke atas.
Dan jika kecepatan udara di bawah lebih cepat dibanding area di bawah, tekanan di bagian atas lebih besar dari bagian bawah, maka part tersebut akan terdorong ke bawah.
Nah di dunia balap mengenal istilah down force alias gaya tekan ke bawah.
Baca Juga: Sederet Fakta Unik Sirkuit Jalan Raya Kota Jeddah, Tuan Rumah F1 Arab Saudi 2021
Down force ini kadang dibutuhkan tapi kadang juga perlu dikurangi dalam kondisi tertentu.
Misalnya saja di mobil F1 yang membutuhkan down force saat melibas tikungan dalam kecepatan tinggi, namun akan menguranginya saat melaju di trek lurus.
Sedangkan saat melaju di trek lurus, down force ini bisa dikurangi dengan aktifnya Drag Reduction System (DRS).
Sederhananya, DRS ini aktif saat ada bagian spoiler belakang terbuka sehingga aliran udara di bagian atas spoiler semakin kencang.
Dengan aliran yang semakin kencang di bagian atas dibandingkan yang di bagian bawah, maka down force akan berkurang dan mobil akan melaju dengan lebih ringan di trek lurus.
Tentu saja kadang berbahaya jika mobil kehilangan banyak down force saat melaju di trek lurus.
Pernah ada kejadian crash juga gara-gara kesalahan fungsi DRS, misalnya dialami Marcus Ericcson yang membela tim Sauber di F1 Italia 2018.
Jadi DRS mobil Ericsson aktif namun tak bisa menutup saat akan menuju tikungan, mobilnya kekurangan down force sehingga kehilangan cengkeraman ke aspal dan crash yang tidak diinginkan terjadi.
Sedangkan di MotoGP, down force ini dibutuhkan juga tetap saat melaju di trek lurus sekalipun.
Down force akan menghalangi motor untuk melakukan wheelie saat keluar dari tikungan.
Contoh kendaraan lain yang sangat dominan memakai konsep aerodinamika adalah pesawat terbang.
Bisa terbangnya pesawat terbang ini tidak cuma karena mesin saja, tetapi juga peran penting part aerodinamika.
Di pesawat terbang, perangkat aerodinamika utamanya adalah sayap dan sirip belakang.
Perangkat aerodinamika di pesawat terbang bisa diatur gerakannya untuk memainkan aliran udara ke atas dan ke bawah sayap.
Pengaturan perangkat aerodinamika di pesawat ini untuk mengatur pesawat mau terbang lebih tinggi atau lebih rendah, mau naik atau turun.
Editor | : | Hendra |
Sumber | : | berbagai sumber |
KOMENTAR