GridOto.com - Lin Jarvis dan Valentino Rossi adalah aktor kunci kesuksesan Yamaha di MotoGP dalam dua dekade terakhir.
Keduanya telah meraih 4 gelar juara dunia pembalap dengan puluhan kemenangan saat bersama di Yamaha.
Tapi berbagai kesuksesan itu tidak menjamin hubungan yang 100% harmonis di dalamnya.
Hubungan Valentino Rossi dan Lin Jarvis pernah mengalami pasang surut di Yamaha.
Baru-baru ini, Jarvis mengungkap beberapa tabir kelam hubungannya dan hubungan Yamaha dengan Valentino Rossi.
Momen-momen awal Rossi gabung ke Yamaha sangat manis.
"Di 2003, kami bertemu Valentino Rossi secara rahasia dengan Davide Brivio di Mobile Clinic. Dia bilang jika dia bisa mengajak orang-orang kepercayaannya dia mau balapan buat kami. Aku tak percaya, seperti mimpi saja," ungkap Jarvis dilansir GridOto.com dari Paddock-GP.com.
"Kubilang 'Kau serius?', Jika kami bisa mengatur kontraknya, kau mau ke Yamaha? Dia bilang ya dan itulah momen yang sangat diingat," jelas sang bos.
Baca Juga: BREAKING NEWS - MotoGP Indonesia Resmi Masuk Kalender Sementara MotoGP 2022, Ini Jadwal Lengkapnya
Jarvis awalnya tak terlalu yakin karena ada risiko besar.
Sampai ada anggapan jika sukses maka karena Valentino Rossi, tapi jika tidak maka yang salah adalah motornya.
"Tapi ketika dia menang di Afrika Selatan kami sadar semuanya mungkin. Sangat menyenangkan, tidak bisa dilupakan. Momen ajaib lainnya terjadi di Phillip Island, ketika dia menang gelar 2004," ungkap Jarvis.
Momen panas antara Yamaha dan Rossi mulai muncul kala datangnya Lorenzo mulai 2008.
Awalnya Lorenzo direncanakan untuk menggantikan Rossi yang gosipnya mau ke F1, tapi akhirnya malah jadi rekan setimnya.
Lorenzo langsung mampu tampil baik dan akhirnya jadi penantang gelar di tahun 2009 dan hal itu mengancam posisi The Doctor di Yamaha.
"Mengatur keduanya satu garasi bukan hal sederhana. Di 2010, dia bilang 'aku atau Lorenzo'. Hal itu tidak bisa kami terima. Hubungan kami mulai rusak dan mulai di sana ada banyak kepahitan," ungkap Jarvis.
Akhirnya Rossi yang tidak nyaman di Yamaha memutuskan pindah ke Ducati pada 2011.
Tapi akhirnya Rossi dan Yamaha rujuk mulai 2013 saat sang pembalap tidak cukup sukses bersama Ducati.
"Jorge Lorenzo memenangkan gelar buat kami di 2010 dan 2012. Jadi sangat rumit dan sulit membawa musuh bebuyutannya kembali. Valentino Rossi yang pertama mendekati kami dari tim lamanya. Beberapa di Yamaha tak mau dia kembali," lanjut Jarvis.
"Tapi aku melihat keuntungan soal brand dan meyakinkan bahwa membawanya kembali akan jadi hal bagus. Jadi aku bertemu dengan Valentino di rumahnya di Tavullia dan kami berbicara banyak. Itu momen spesial terhadap hubungan kami dan semakin dekat," tegasnya.
Jarvis-pun mengungkap, masa sulit sempat kembali terjadi pada 2015 silam.
Saat itu Rossi terlalu meluap-luap dan kehilangan akal sehatnya hingga akhirnya gelar juara ke-10 yang hampir digenggamnya lepas.
"Jika Valentino tidak melawan Marquez setelah Phillip Island, jika dia tidak meledak-ledak seperti itu dan Vale bisa saja memenangkan kejuaraan," sambungnya.
"Yang terjadi di 2015 adalah MotoGP mulai seperti sepak bola, dengan fans mulai menghina pembalap. Itu membuat balap motor berubah selamanya, cinta kepada balap malah menjadi racun," tegas Jarvis.
View this post on Instagram
Editor | : | Eka Budhiansyah |
Sumber | : | Paddock-GP.com |
KOMENTAR