"Sejak kejadian ini, kami sadar jika seharusnya kami tak menandatangani kontrak terlalu dini. Di Juni 2021 kami mendapat masalah di mana pembalap yang masih punya kontrak 2 tahun malah ingin pergi. Kami sudah menganalisia kesalahan ini, kami tak mau menghadapi masalah yang sama ke depannya," ungkap Jarvis dilansir GridOto.com dari Speedweek.com.
Dalam dua kali kontrak Vinales, Yamaha memang melakukannya dengan sangat cepat.
Pada kontrak 2019-2020, Vinales dan Yamaha sudah menyepakati kontrak sejak awal 2018.
Kemudian untuk 2021-2022, kesepakatan sudah terjadi sejak awal tahun 2020.
Baca Juga: Valentino Rossi Buka Peluang Kembali ke MotoGP Usai Pensiun, Bisa Ikutan Balapan di Mandalika Nih?
"Maverick pernah punya peluang gabung ke tim pabrikan Ducati untuk 2021 dan 2022, ada tawaran menggiurkan dari Ducati dan kami tahu kekuatan Maverick. Di saat yang sama (tahun 2020), keputusan kepindahan Valentino Rossi ke Petronas membuat Vinales jadi pemimpin tim untuk 2021. Dengan itu mungkin saja Maverick akan bersinar setelah 2020, tapi ternyata tak terjadi," tegas Jarvis.
Ke depannya, Yamaha akan memilih lebih bersabar dalam penentuan perpanjangan kontrak pembalap.
"Kami bisa bilang tak akan membuat keputusan itu lagi. Tapi sulit sih dikatakan begitu. Jika saja Maverick bisa mempertahankan momentum sejak kemenangan di Qatar 2021 dan 3 balapan lagi, semua bisa bilang keputusan pada awal 2020 lalu adalah keputusan tepat," tegas Jarvis.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Speedweek.com |
KOMENTAR