GridOto.com - Krisis komponen semikonduktor rupanya memberi dampak pada para produsen mobil di dunia.
Salah satunya Honda Motor Company yang sudah memprediksi krisis semikonduktor akan menghambat pertumbuhan pendapatannya di 2021.
Pasalnya, kondisi ini membuat Honda harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli bahan baku yang mereka butuhkan.
Melansir dari Reuters.com, akibat dari krisis tersebut, Honda memperkirakan laba yang didapatkannya di 2021 hanya sebesar 660 miliar Yen atau sekitar Rp 86,16 triliun (kurs 1 Yen = Rp 130, 16 Mei 2021).
Baca Juga: Jutaan Unit Honda Accord di Amerika Serikat Terpaksa Di-recall, Ada Masalah Apa?
Jumlah ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan analisis SmartEstimate yang memperkirakan pendapatan Honda sebesar 791,7 miliar Yen atau sekitar Rp 103,4 triliun di 2021.
Seiji Kuraishi, selaku Executive Vice President Honda Motor Company, menyebutkan krisis semikonduktor sebetulnya sudah memberikan dampak besar pada Honda sejak 2020 lalu.
Kurang lebih ada 100 ribu mobil buatan perusahaan asal Jepang ini yang terdampak akibat kondisi ini.
"Kami memperkirakan dampak krisis semikonduktor ini baru selesai pada akhir 2021 mendatang," ungkap Seiji Kuraishi, dikutip GridOto.com dari Reuters.com.
Baca Juga: 10 Merek Mobil Terlaris di Indonesia April 2021, Toyota Terlaris, Honda dan Mitsubishi Beda Tipis
Dampak dari krisis ini juga semakin terasa oleh Honda setelah pabrik produsen semikonduktor milik Renenasa Electronic Corporation di Jepang mengalami kebakaran.
Ditambah dengan insiden pemadaman yang membuat pabrik semikonduktor di Texas, Amerika Serikat harus menghentikan produksinya beberapa kali.
Meski merasakan dampak dari krisis semikonduktor, Honda tetap mencoba optimis dengan memasang target penjualan sebanyak 5 juta mobil di 2021.
Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan 2020, di mana Honda hanya menargetkan penjualan sebanyak 4,5 juta unit.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | reuters.com |
KOMENTAR