GridOto.com - Red Bull Racing harus kembali berhadapan dengan keputusan merugikan Race Director pada balapan F1 Portugal 2021.
Saat secara hitung-hitungan sudah hampir dipastikan finis kedua, Max Verstappen melakukan pitstop untuk beralih ke ban soft demi mendapatkan 1 poin ekstra dari fastest lap.
Ban soft lebih cepat dan benar saja, Verstappen berhasil mencetak lap tercepat pada lap terakhir.
Namun uniknya, catatan waktu Verstappen dianulir karena melewati track limit tikungan 14.
Baca Juga: Raih Kemenangan Ke-97 di F1 Portugal 2021, Lewis Hamilton: Ini Balapan Yang Sulit
Poin fastest lap gagal didapatkannya dan akhirnya jatuh ke tangan pembalap Mercedes yang finis ketiga, Valtteri Bottas.
Penasihat Red Bull, Helmut Marko, langsung naik pitam.
Marko merasa sudah dirampok 3 kali berturut-turut.
"Kami sekarang sudah kehilangan kemenangan, fastest lap, dan juga pole position. Kuharap ini semua berakhir," kata Marko seperti dilansir GridOto.com dari Planet F1.
"Ada yang harus berubah. Entah kau harus membuat batasan tertentu di kerb atau kau membuat gravel atau apalah. Jika kau keluar, kau langsung otomatis kena penalti," tegas Marko.
Baca Juga: Max Verstappen Merasa Aneh Fastest Lap-nya Dihapus di F1 Portugal 2021
Perlu diketahui, pada seri pertama di Bahrain, Verstappen sempat harus dipaksa 'mengalah' oleh Race Director karena melewati track limit di lap-lap terakhir.
Sedangkan untuk pole position yang hilang, itu terjadi pada Sabtu kemarin saat sesi kualifikasi.
Catatan waktu Verstappen dianulir dan kehilangan pole position yang seharusnya bisa didapatkannya.
Tim Prinsipal Red Bull, Christian Horner, juga mendukung pernyataan Helmut Marko.
F1 harus memberikan ketegasan lebih lagi soal aturan track limit.
"Sangat frustrasi gagal mendapat poin fastest lap tapi akhirnya kami menerimanya," ungkap Horner.
"Track limit sangat diperhatikan dan konsistensi yang mereka terapkan juga diperhatikan. Kejuaraan ini juga bergantung dari batas-batas itu," tegasnya.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
Sumber | : | planetf1.com |
KOMENTAR