GridOto.com - Pihak Kepolisian semakin gencar melakukan razia knalpot racing atau brong yang menganggu kenyamanan di jalan raya karena suara bising yang dihasilkan.
Tidak sedikit pengendara yang mendapatkan tindakan dari petugas dengan sanksi yang beragam, mulai dari penilangan sampai penahanan motor.
Hal tersebut berdampak positif terhadap kenyamanan di jalan, dengan tertibnya pengguna motor untuk menggunakan knalpot standar.
Meski begitu, razia yang sedang digencarkan saat ini membuat produsen knalpot harus berkecil hati dan membuat pemasukannya pun berkurang.
Baca Juga: Razia Knalpot Racing Ternyata Juga Dilakukan di Malaysia, Sasarannya Termasuk Anggota Polisi
Seperti yang disampaikan oleh Yulia Setiawan, selaku Owner Wawan Racing Concept (WRC) yang bermarkas di bilangan Depok, Jawa Barat.
"Ya pemasukan berkurang, hampir 50 persen jadi berpengaruh. Jadi banyak yang tadinya pesan malah enggak jadi karena ada razia knalpot racing," ujar pria yang akrab disapa Wawan ini saat dihubungi GridOto.com, Minggu (21/3/2021).
Untuk menanggulangi hal tersebut, Wawan berencana untuk membuat custom knalpot dengan suara yang lebih senyap layaknya standar pabrikan.
Tujuannya untuk memastikan knalpot WRC tetap menarik bagi konsumen dengan mengandalkan segi estetika saja.
Baca Juga: Nggak Ada Kompromi, Knalpot Racing Atau Bukan Kalau Bising Pasti Ditilang Polisi
"Sebenarnya saya mau melakukan reset ukuran knalpot untuk yang standar, jadi modelnya standar bersuara halus tidak bising lagi," katanya.
"Sebenarnya kan ada tingkat kebisingan yang telah ditentukan, cuma customer mintanya yang suaranya besar," tuturnya.
Lebih lanjut, Wawan juga menjelaskan kalau awalnya WRC hanya menyediakan knalpot racing untuk keperluan balap.
Namun seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen, banyak yang menggunakannya untuk harian.
"Kalau kami menyediakan knalpot racing kan buat motor balap, cuma kami tidak bisa menolak juga kalau ada orang yang pesan knalpot racing tapi malah dipakai buat harian," tandas Wawan.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
KOMENTAR