GridOto.com - PT Honda Prospect Motor (HPM) resmi mengumumkan telah menghentikan produksi serta penjualan Honda Jazz di Indonesia.
Honda Jazz akan digantikan kiprahnya oleh Honda City Hatchback yang diluncurkan hari ini, Rabu (3/3/2021).
"Kami sudah tidak memproduksi lagi Honda Jazz di Indonesia. Kami menilai bahwa Honda City Hatchback RS bisa memenuhi keinginan target konsumen kami di segmen hatchback," ucap Yusak Billy, Business Innovation and Sales & Marketing Director HPM, Rabu (3/3/2021).
Sebagai salam perpisahan, GridOto.com akan coba merangkum sejarah Honda Jazz sejak pertama kali hadir di Indonesia.
Baca Juga: Honda Jazz Resmi Dipensiunkan, City Hatchback RS Gantikan Perannya di Indonesia!
Generasi Pertama (2003-2007)
Honda Jazz pertama kali diluncurkan di Jepang pada 2001 dan hanya dipasarkan untuk konsumen di negara tersebut.
Setahun berselang atau tepatnya pada 2002 silam, Honda Jazz mulai diekspor ke sejumlah negara Eropa dan Australia.
Honda kembali memperluas jangkauan ekspor mereka pada 2003, salah satunya dengan memasukkan Jazz ke Indonesia.
Saat itu Honda Jazz yang masuk ke Indonesia lewat skema impor secara utuh (Completely Build Up/CBU) dari Thailand.
Baca Juga: Resmi! Honda City Hatchback RS Hadir Menggantikan Jazz, Harga Diumumkan Bulan Depan
Uniknya, Honda Jazz berkode bodi GD3 ini langsung populer karena adanya isu hoax yang beredar di masyarakat.
Kala itu titik pada huruf 'J' di emblem Honda Jazz dianggap mengandung berlian, sehingga banyak oknum yang mencuri tanda tersebut.
Soal dapur pacunya, di awal kemunculannya Honda Jazz berbekal mesin 1.500 cc berkode L15A dengan teknologi iDSI (Intelligent-Dual Sequential Ignition).
Mesin tersebut diklaim memiliki tenaga maksimal sebesar 85,26 dk/5.500 rpm dan torsi puncak 128 Nm/2.700 rpm.
Baca Juga: MPV Masih Jadi Favorit, Berikut 5 Pilihan Mobil Bekas yang Bakal Ramai Diburu Selama 2021
Memasuki 2005, persaingan di segmen hatchback terasa makin sengit dengan diluncurkannya Toyota Yaris.
Sadar betul produknya terancam, Honda akhirnya memberikan teknologi baru pada mesin 1.500 cc yakni VTEC (Variable Valve Timing & Lift Electronic Control).
Lewat mesin ini, tenaga hatchback dengan nama lain Honda Fit ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 107 dk di 5.800 rpm dan torsi puncak 143 Nm di 4.800 rpm.
Generasi Kedua (2008-2014)
Berbeda dari versi sebelumnya, Honda Jazz generasi kedua memiliki wheelbase lebih panjang dan dimensi lebih besar.
Desain eksterior dan interiornya juga mendapat ubahan, sebut saja di bagian headlamp, bumper depan, grill, foglamp, serta desain dashboard yang lebih segar.
Baca Juga: Punya Tampilan Simpel, Tenaga Honda Jazz GK5 Ini Justru Melejit 480 DK
Honda Jazz dengan kode bodi GE8 ini dibekali dengan mesin baru yakni 1.500 cc i-VTEC, dengan tenaga maksimum 117,6 dk/6.600 rpm dan torsi puncak 145 Nm/4.800 rpm.
Generasi kedua yang memiliki varian A, S dan RS itu juga sempat beberapa kali mendapatkan penyegaran minor alias facelift pada 2011 dan 2013.
Honda Jazz GE8 juga sudah dibekali dengan fitur rem Anti-lock Braking System (ABS) dan Electric Brake Distribution (EBD) di semua varianya.
Generasi Ketiga (2014-2021)
Secara tampilan, Honda Jazz dengan kode bodi GK5 ini tampil jauh lebih sporty dan modern ketimbang generasi sebelumnya.
Mesinnya masih menggunakan kapasitas 1.500 cc, namun berbeda dari sebelumnya, kali ini hadir dengan kode mesin L15Z1, yang juga digunakan pada Mobilio, dan BR-V.
Baca Juga: Harga Bekas All New Honda Jazz di Januari 2021, Rp 150 Jutaan Untuk Tipe S A/T
Mesin ini diklaim memiliki output tenaga sebesar 120 dk dan torsi maksimal 145 Nm.
Tenaga dan torsi tersebut dipadukan dengan 2 pilihan transmisi, yaitu manual 5 percepatan dan CVT dengan penggerak roda depan.
Generasi ini juga sudah mendapat sekali facelift pada 2018 lalu, sehingga tampilannya jadi makin gahar baik dari depan maupun belakang.
Seperti yang dijelaskan di awal, pada 2021 ini Honda Jazz akhirnya resmi disuntik mati oleh PT Honda Prospect Motor (HPM) dan perannya pun digantikan City Hatchback RS.
Sayonara, Honda Jazz!
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
KOMENTAR