GridOto.com - Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) telah menggelar workshop mengenai pengetatan kontrol emisi kendaraan di Indonesia pada Selasa (2/2/2021) siang.
Bertajuk “Keuntungan Ekonomis dari Pengetatan Kontrol Emisi Kendaraan,” pembahasan yang dilakukan berkutat pada keuntungan ekonomis yang bisa didapatkan dari pengetatan kontrol emisi kendaraan di Indonesia.
Dalam workshop tersebut, Ahmad Safrudin selaku Direktur Eksekutif KPBB mengatakan bahwa pengetatan standar emisi kendaraan tidak hanya akan memperbaiki kualitas udara di Indonesia.
Melainkan juga keuntungan finansial, selama standar emisi tersebut bisa dijaga dengan baik.
Baca Juga: Mengenal Standar Euro, Standar Emisi Eropa yang Jadi Patokan Kendaraan Ramah Lingkungan
“Seandainya tahun 2025 kita bisa menerapkan standar emisi Euro 6 dan standar konsumsi BBM 28 km/liter, emisi karbon dioksida dari transportasi darat bisa ditekan cukup jauh,” ujar pria yang akrab disapa ‘Puput’ itu.
“Kita juga bisa menghemat 59 juta kilo liter bensin dan 56 juta kilo liter solar, atau setara dengan Rp 677 triliun pada tahun 2030,” imbuhnya.
Tapi agar manfaat dari standar emisi tersebut bisa maksimal, Puput mengatakan bahwa kebijakan tersebut harus dibarengi penghapusan beberapa jenis BBM yang dijual di Indonesia.
Ia menyebutkan beberapa jenis BBM yang dijual oleh PT Pertamina (Persero) sebagai contoh, yaitu Premium RON 88, Pertalite RON 91, Solar Cetane 48, dan Dexlite Cetane 51.
Pasalnya, kandungan sulfur dalam keempat jenis BBM tersebut sudah tidak lagi sesuai dengan standar emisi kendaraan Euro 3 maupun Euro 4 yang diadopsi Indonesia.
“Jadi, kedepannya produsen BBM cukup memproduksi dua jenis bensin yaitu RON minimal 91 dan 95 dengan kandungan sulfur maksimal 50 ppm,” jelas Puput.
“Serta dua jenis solar dengan cetane 51 atau 53 dengan kandungan sulfur maksimal 300 ppm dan 50 ppm, sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” imbuhnya.
Ia mengatakan, pengetatan emisi kendaraan dan penghapusan BBM kotor pada akhirnya pun akan turut membantu produsen BBM dan industri otomotif di Indonesia.
Baca Juga: Bukti Pasar Otomotif Indonesia Masih Menarik di Mata Pengusaha Asing
Karena baik produsen BBM maupun industri otomotif di Indonesia.akan terjaga dari berbagai disrupsi akibat tren bahan bakar dan kendaraan secara global
Diantaranya mesin bakar (ICE) yang semakin bersih dan efisien seiring berjalannya waktu, serta kedatangan mobil listrik berbasis baterai (EV).
“Kalau kita tidak mengadopsi standar yang sama, maka industri minyak dan otomotif Indonesia akan tergilas oleh produk-produk dari luar negeri yang akan masuk ke sini,” ujar Puput.
“Itulah mengapa kita harus mencari cara untuk bisa memproduksi BBM dan kendaraan yang lebih bersih lagi agar tetap eksis,” pungkasnya.
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
KOMENTAR