GridOto.com - Kiprah motor listrik di Indonesia terus bergerak dengan kemunculan produk dari berbagai merek seperti Gesits, Viar, United, Selis, NIU dan lainnya.
Uniknya, motor listrik di Tanah Air justru datang dari merek baru dan bukan dari produsen yang sudah banyak dikenal semisal Yamaha, Honda ataupun Kawasaki.
Bebin Djuana selaku Pengamat Otomotif mengatakan, ia belum melihat langkah besar pabrikan motor Jepang soal elektrifikasi kendaraan.
"Mengapa produksi motor listrik di Indonesia tidak dilakukan dari merek terkenal dari Jepang? Pertama, saya malah belum melihat mereka melakukan research and Development untuk motor listrik kecuali Harley-davidson dan KTM, tapi produsen Jepang malah belum," bukanya saat dihubungi GridOto.com, Rabu (27/1/2021).
Baca Juga: Jangan Salah Kaprah, Begini Cara Menghitung Biaya Charging Mobil dan Motor Listrik yang Benar
Menurut Bebin, pabrikan motor Jepang saat ini cukup tertinggal langkahnya oleh produsen motor dari negara lain yang mengembangkan motor listrik.
"Pabrikan Jepang ini tumben agak lambat dalam memulai atau memproduksi motor listrik. Malah keberanian ini muncul dari produsen China yang di sana sudah banyak pilihan motor listriknya. Mereka juga giat sekali dalam terobosan soal kendaraan listrik," katanya.
Bebin berujar, teknologi dan produksi seharusnya tidak menghambat para produsen motor Jepang dalam menghadirkan motor listrik di Indonesia.
"Motor listrik itu komponennya lebih simpel ketimbang motor bakar yang mungkin punya ribuan komponen. Sebab motor listrik itu komponen intinya itu motor penggerak dan baterai, kalau mesin bakar lebih rumit. Lalu dengan pengalamannya, seharusnya merek Jepang bisa cepat membuat motor listrik," sebutnya.
"Walau pengembangan teknologinya tidak mudah, merek Jepang juga seharusnya mampu membuat fasilitas produksi motor listrik dalam waktu yang cepat," sambung Bebin.
Baca Juga: Motor Listrik Hasil Konversi, Bagaimana Dengan Surat-suratnya? Ini Kata Polisi
Ia mengungkapkan, faktor komponen juga yang menyebabkan merek-merek motor listrik baru terus bermunculan ke pasar otomotif Tanah Air.
"Karena komponen motor listrik lebih sedikit jumlahnya dengan motor bakar, maka wajar banyak merek pendatang baru terus hadir dan bahkan bisa menjamur. Apalagi pemerintah sedang mendukung elektrifikasi kendaraan," ungkap Bebin.
Namun sayang, kemunculan merek-merek motor listrik di luar merek Jepang belum cukup mampu meyakinkan masyarakat untuk meninggalkan kuda besi berbahan bakar bensin.
"Merek motor listrik pendatang baru ini belum terlalu dilirik karena masih kurang dikenal. Apalagi masyarakat pola pikirnya masih seperti memiliki motor konvensional untuk memelihara motor listrik yang justru akan menghemat pengeluaran beli BBM, spare part sampai servis berkala," jelas Bebin.
Baca Juga: Motor Listrik Terendam Banjir, Komponen Ini Yang Harus Diperhatikan!
Ia menerangkan, kini produsen Jepang seakan terlalu nyaman dengan penjualan motor bakar yang merajai pasar kendaraan roda dua di Indonesia.
"Jadi ada tanda tanya besar dari pabrikan Jepang yang biasanya inovatif. Untuk mobil listrik di Indonesia saja, beberapa merek Jepang malah keduluan oleh produsen Korea yang merilis mobil listrik dengan teknologi canggih soal jarak tempuh yang bisa mencapai hampir 400 Km dalam sekali cas baterainya," kata Bebin.
"Hal tersebut memperlihatkan pabrikan Jepang masih nyaman dengan motor konvensional, tidak mau move on dan kurang all out soal produksi motor listrik," lanjutnya.
Baca Juga: Jangan Kaget, Ternyata Segini Harga Baterai untuk Motor Listrik NIU
Bebin memprediksi, lambatnya gerakan merek motor Jepang soal motor listrik akibat rumitnya keputusan dari pihak pusat di negara asalnya.
"Menurut saya keputusan pembuatan motor listrik dari merek Jepang ada di pihak principal di Jepangnya. Mungkin ide produksi sudah disampaikan dari agen pemegang merek di sini tapi keputusan kan tetap ada di pusat soal mau atau tidak," tuturnya.
Bebin menyampaikan, kurang sigapnya merek Jepang dalam electric mobility (ELMO) roda dua akan membawa dampak yang kurang baik.
"Masyarakat itu cepat beradaptasi dan menyerap teknologi. Jika berbagai produsen Jepang tak cepat membuat motor listrik, mereka akan ketinggalan. Padahal kemauan konsumen soal kendaraan listrik itu cuma biaya perawatan murah, waktu pengecasan sesingkat mungkin dan jarak tempuh sejauh mungkin," tutupnya.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
KOMENTAR