GridOto.com - George Russell mendapat kesialan beruntun pada balapan F1 Sakhir 2020 di outer track Bahrain International Circuit.
Kesialan pertama adalah ketika George Russell harus mengulang pit stop-nya karena kesalahan tim Mercedes dan kehilangan banyak posisi.
Pada lap ke-60, Jack Aitken membuat Safety Car keluar karena melaju melebar dan menabrak dinding.
Beberapa pembalap memanfaatkan Safety Car untuk pit stop, termasuk Mercedes yang melakukan 2 pit stop langsung (double stack) untuk Russell dan dilanjut dengan sang rekan, Valtteri Bottas.
Baca Juga: Update Klasemen F1 2020: Pertarungan Pembalap dan Konstruktor Papan Tengah Semakin Ketat
Uniknya, ternyata Russell yang pit stop duluan dikasih ban depan milik Bottas.
Akhirnya Russell harus melakukan pit stop lagi untuk menyelesaikan pergantian bannya yang kurang sempurna.
Russell harus merelakan posisi pimpinan balapan bahkan posisinya turun ke P5 di belakang Bottas di P4.
"Ini disebabkan karena masalah komunikasi radio di pit wall dimana mobil nomor 63 (Russell) masuk lebih dulu dari mobil nomor 77 (Bottas), kru mobil 63 gagal menerima pesan padahal mobil 63 didahulukan untuk menerima pesan," tertulis dalam rilis resmi FIA, seperti dilansir GridOto.com dari Crash.net.
"Hal itu membuat ban dengan mobil nomor 77 terpasang di mobil nomor 63. Ini jelas menyalahi aturan dan akan mengakibatkan penalti bahkan sampai diskualifikasi. Bagiamanapun, tidak ada hal mengerikan karena masalah ini," jelasnya.
Usai kesalahan Mercedes, pit stop Bottas berlangsung lama karena ban depan miliknya dipakai Russell.
Makanya pit stop-nya berlangsung cukup lama.
Kedua pembalap rugi banyak karena masalah ini.
Ini jadi awal masalah bagi Russell dan kemudian mengalami ban bocor dan harus masuk pit stop lagi saat mengejar Sergio Perez.
Tim Mercedes sendiri mendapat hukuman karena kesalahan ini.
Untungnya tidak ada diskualifikasi atau pengurangan poin, tapi denda sejumlah 20 ribu poundsterling atau senilai Rp 344 juta (1 pounsterling senilai Rp 17.183 per 7 Desember 2020).
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
KOMENTAR