GridOto.com - Pengeroyokan anggota TNI oleh member Harley-Davidson Owners Group (HOG) Chapter Siliwangi di Bukittinggi, Sumatera Barat nampaknya belum selesai.
Kali ini ketua HOG Chapter Siliwangi, Djamari Chaniago yang menjadi sorotan karena pernyataannya yang dianggap arogan.
Djamari Chaniago yang merupakan mantan Pangkostrad ini juga memimpin rombongan yang sedang touring dengan tujuan Sabang, Aceh.
Touring yang diikuti 21 pengendara ini bertajuk Long Way Up Sumatera Island, dan berlangsung 29 Oktober hingga 8 November 2020.
Memang permasalahan pengeroyokan anggota TNI di Bukittinggi disebutkan telah selesai dengan cara damai sebab Djamari Chaniago sebagai ketua rombongan telah menyampaikan permintaan maafnya.
Namun Djamari sempat mengeluarkan pernyataan kontroversial dalam channel YouTube Madaysinatra.
Menurutnya hal tersebut adalah persoalan kecil yang menjadi besar.
"Sudah selesai, jangan lagi kau tanya-tanya. Pak Dandim ada, Pak Subdenpom ada. Itu kesalahpahaman saja. Biasa itu, apa persoalan kecil saja bisa jadi besar," katanya.
Pernyataan Djamari yang terkesan menyepelekan masalah tersebut ditanggapi beragam oleh banyak pihak.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane menilai Letnan Jenderal (Purn) Djamari Chaniago harus mencabut pernyataannya yang menganggap kasus pengeroyokan yang dilakukan sejumlah anggota geng motor gede (moge) Harley Davidson yang dipimpinnya, terhadap dua prajurit TNI adalah masalah kecil.
"IPW menilai pernyataan Djamari itu sangat tidak mendidik dan sangat mengedepankan sikap arogansi dari seorang pensiunan militer," kata Neta yang dikutip GridOto.com dari Warta Kota.
Seharusnya kata Neta, sebagai pimpinan kelompok moge, Djamari meminta maaf kepada masyarakat, karena anggota rombongannya sudah berbuat semena-mena.
Tidak hanya kepada masyarakat umum di jalanan, tapi juga kepada anggota TNI yang dikeroyok.
"Sikap Djamhari yang arogan itu tidak pantas ditiru dan akan membuat dirinya akan dicibir oleh masyarakat luas. Pada akhirnya itu akan merugikan dirinya sendiri sebagai pensiunan TNI, yang seharusnya dihormati publik," ujar Neta.
Untuk itu kata Neta, IPW berharap, Djamhari sebagai purnawirawan mau berjiwa besar mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada masyarakat luas.
"Khususnya kepada kedua prajurit TNI yang sedang terbaring di rumah sakit akibat dikeroyok anggota masyarakat sipil pengguna moge, anggotanya. Seharusnya Djamhari bisa berkomentar lebih santun dan kebapakan dalam melihat kasus ini," tambah Neta.
Belajar dari kasus ini, menurut Neta, sudah saatnya para petinggi yang menjadi pimpinan kelompok motor gede mengingatkan para anggotanya, agar tidak bersikap arogan di jalanan dan tidak bersikap ugal-ugalan atau tidak menjadi raja jalanan seperti geng motor yang banyak dikeluhkan masyarakat.
"Jika pengendara moge bersikap ugal-ugalan seperti geng motor, bukan mustahil masyarakat akan memberi perlawanan pada mereka, dan pengendara moge akan menjadi musuh masyarakat di jalanan," katanya.
Neta mengatakan para purnawirawan yang menjadi pimpinan kelompok pengendara moge, jangan mau menjadi 'bemper' atas keugal-ugalan anggotanya.
"Jika tidak, mereka akan dicibir dan tidak dihargai publik. IPW mendesak Polda Sumbar memproses kasus ini dengan Promoter," katanya.
Selain dikenakan pasal telah melakukan penganiayaan, menurut Neta, pengendara moge itu harus dikenakan pasal berlapis, yakni melawan aparatur negara.
"Dan sebaiknya kasus ini diselesaikan di pengadilan agar ada efek pembelajaran agar pengendara moge tidak bersikap seenaknya ugal-ugalan dan pimpinannya tidak arogan atau menganggap sepele persoalan yang ada, yang sudah membuat masyarakat terluka," papar Neta.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Sebut Pengeroyokan oleh Rombongan Moge Masalah Kecil, Djamari Chaniago Diminta Tarik Pernyataan
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
Sumber | : | Warta Kota,Tribun Jabar |
KOMENTAR