GridOto.com - Suzuki Shogun merupakan motor yang populer pada era 2000-an awal.
"Shogun dilawan!", begitulah tagline dari Suzuki Shogun dikumndangkan oleh Almarhun Mamiek Prakoso di iklan televisi.
Terbukti Shogun memang berhasil mengangkat citra sekaligus penjualan motor Suzuki kala itu.
Buat nostalgia, yuk tengok lagi sejarah Suzuki Shogun di Indonesia.
Baca Juga: Kreatif Banget, Bukan Pakai Mesin Mobil, Pikap Ini Malah Pakai Mesin Suzuki Shogun
Shogun
Suzuki Shogun pertama kali dirilis di Indonesia pada tahun 1996.
Shogun generasi pertama ini punya bodi mirip dengan saudaranya bermesin 2-tak, Suzuki Tornado.
Karena desainnya yang mengotak dan dimensinya yang lumayan bongsir, Shogun generasi awal ini kerap dijuluki Shogun Kebo.
Awalnya Shogun ini hanya tersedia versi rem tromol, setahun berselang meluncur versi dengan rem depan cakram.
Sampai saat ini, Shogun generasi ini bahkan masih banyak diincar lho Sob.
Khususnya komponen CDI-nya.
CDI lansiran Shindengen ini dipercaya punya kurva pengapian yang mantap dan tanpa limiter.
New Shogun 110 R
Tahun 2000, Suzuki memberikan penyegaran pada Shogun dengan meluncurkan versi barunya.
Kali ini bodi Shogun berubah cukup drastis, mulai dari desain hingga dimensi yang makin ramping.
Meski dibekali desain anyar, kabarnya urusan mesin masih kalah 'Badak' dibanding Shogun Kebo.
Yang ikonik dari Shogun ini tentu pilihan warna hijau tosca-nya.
Ngaku, siapa yang dulu ngiler banget sama Shogun satu ini?
Baca Juga: Suzuki Shogun 110 R Ditemukan Berendam di Parit. Tanpa Pemilik, Hanya Ada Helm, SIM dan Pakaian
Shogun 125 R
Empat tahun berselang, Shogun kembali mendapat upgrade.
Merebaknya motor asal China saat itu ternyata cukup membuat Suzuki putar otak.
Akhirnya Shogun diberi mesin baru dengan kapasitas naik jadi125 cc.
Sementara itu Suzuki juga menelurkan Smash untuk mengisi pasar 110 cc sekaligus menghadang gempuran produk China.
Shogun 125 R punya desain yang lebih modern dengan lampu depan ganda.
Berbagai fitur pun disematkan, sebut saja pengaman kunci magnet dan bagasi dengan volume yanglebih luas.
Shogun 125 SP
Setahun kemudian tepatnya pada 2005, Suzuki merilis Shogun 125 SP.
Dinamai Shogun 125 SP (Sport Production), motor ini ternyata punya banyak ubahan.
Mulai dari penggunaan kopling manual, transmisi injak-congkel layaknya motor sport, rem cakram depan belakang, hingga pelek mirip Satria F.
Baca Juga: Ada Tulisan Ini di Panel Instrumen Motor Suzuki, Artinya Apa?
New Shogun 125 R
Di versi yang rilis pada 2007 ini ubahan yang terlihat lumayan banyak.
Terutama posisi lampu sein yang pindah ke area bodi, mengikuti tren saat itu.
Selain lampu sein, desain bodi juga berubah jadi lebih lancip.
Pada sektor mesin, Shogun ini sudah dilengkapi engine balancer agar minim getaran.
Pada model ini, tersedia pula versi RR dengan pelek racing dan rem dobel cakram.
Versi SP juga kembali hadir dengan ciri khas di kopling manual dan gigi injak-congkel.
Shogun 125 FI
Mengikuti tren mesin injeksi, Suzuki akhirnya juga merilis versi injeksi dari New Shogun 125 R di tahun 2008.
Mesin injeksi Shogun FI ini dikontrol ECM (engine control modul) berdasarkan input dari intake air pressure sensor (IAP), crankshaft position sensor (CKP), Throttle position sensor (TP).
Sistem injeksi Shogun yang bernama Discharge Pump Fuel Injection (DCP-FI), punya kelebihan yaitu pompa bensin yang menyatu dengan injektor.
Efeknya tidak perlu tekanan bensin tinggi untuk disemprot ke ruang bakar.
Baca Juga: Serius! Ada Shogun Yang Powernya Tembus 178 DK, Ini Penampakannya
Shogun Axelo
Tahun 2011, Suzuki Shogun Axelo resmi meluncur di Indonesia.
Nama Axelo adalah akronim Axe-Akselarasi dan Lo-Low Emission ini.
Desain sudah amat berubah dari versi sebelumnya.
Terutama di area headlamp yang jadi lebih besar.
Lampu depan ini juga sudah otomatis hidup saat mesin dihidupkan.
Lekukan bodi juga dibuat lebih dinamis dengan lekukan yang mengalir dan tak terlalu lancip.
Shogun Axelo terdiri dari 3 varian, Standar (rem belakang tromol), tipe S (rem belakang cakram), dan tipe R (kopling manual).
Sobat GridOto pernah punya Shogun yang mana nih?
Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR