GridOto.com - Sudah dari bawaan pabrik kalau motor 2-tak identik dengan asap yang banyak keluar dari knalpot.
Asap itu berasal dari oli samping yang ikut dibakar di ruang bakar.
Fungsi oli samping sendiri adalah melumasi part di ruang bakar seperti piston, setang piston dan kruk as di mesin 2-tak.
Tapi tahukah kalian kalau mesin 2-tak juga bisa ngebul parah alias tidak normal seperti mesin motor 4-tak yang mengalami kebocoran oli ke ruang bakar sehingga menghasilkan asap.
Baca Juga: Awas, Sembarangan Ganti Setang Piston Bisa Bikin Mesin Bergetar
"Ciri-cirinya asap yang keluar dari knalpot itu lebih banyak dari biasanya, kemudian tercium bau sangit," buka Achil, owner bengkel spesialis Yamaha RX-King, Bengkel Achil KCDJ kepada GridOto.com pada Kamis lalu (10/09/2020).
"Bau sangit ini seperti bau oli mesin yang terbakar," tambahnya.
Biang keladinya ternyata cuma karet sil pada crankcase yang biasanya bermasalah.
"Penyebabnya sil crankcase itu getas, makanya oli mesin menyelinap hingga ke bagian kruk as kemudian ikut terbakar di ruang bakar," papar pria yang akrab disapa Achil.
Baca Juga: Mesin Motor Bergetar Parah Jangan Didiamkan, Ini Biang Keladinya!
Pada mesin motor 2-tak, area crankcase dibagi menjadi dua bagian.
"Bagian yang ada kruk as dan setang piston itu harus kering tidak terendam oleh oli mesin, pelumasannya mengandalkan oli samping," jelas Achil.
"Sedangkan bagian sebelahnya atau transmisi dibatasi oleh sil crankcase, terendam oleh oli mesin, fungsinya untuk melumasi transmisi contohnya kopling," tambah pria yang bengkelnya berada di Jalan Sadar Raya, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Kalau sil crankcase getas atau bahkan jebol sudah pasti oli mesin menerebos ke ruang crankcase dan akan ikut terbakar.
Baca Juga: Mesin Motor Bore Up Bikin Oli Mesin Rawan Menguap, Mitos Atau Fakta?
"Efeknya selain knalpot jadi lebih ngebul dan muncul bau sangit, busi jadi gampang mati," kata Achil.
Makanya jika kalian mengalami masalah dengan ciri seperti yang dijelaskan tadi, coba cek sil crankcase-nya.
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR