GridOto.com - Buat kalian pengguna Honda Tiger yang rantai ketengnya sering bunyi bisa pa
kai keteng buatan Honda Jepang.
"Soalnya keteng Honda Tiger ada tiga pilihan, mau pakai buatan Jepang, lokal buatan Astra Honda Motor (AHM) atau bisa juga pakai Aspira dan Federal," buka Satiri, owner bengkel spesialis Honda Tiger, Sandy Motor Sport (SMS) kepada GridOto.com pada Selasa (02/09/2020).
Rantai keteng buatan Jepang sering menjadi buruan karena lebih kuat dan umur pakainya yang bisa lebih panjang.
Supaya enggak salah beli, ini ciri perbedaan rantai keteng Honda Tiger Jepang dengan buatan Lokal.
Baca Juga: Tensioner Keteng Yamaha NMAX Mulai Lemah? Pakai Ini Lebih Kuat!
"Ciri-cirinya pada rantai keteng buatan Jepang tidak ada sambungan," papar pria yang akrab disapa Bang Tiri alias BT.
"Kalau rantai keteng Honda Tiger lokal, Aspira atau Federal ada sambungannya berwarna kuning," tambahnya saat ditemui di bengkelnya di Jalan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.
![Keteng Honda Tiger buatan lokal ada sambungannya](https://imgx.gridoto.com/crop/87x245:889x875/700x0/filters:watermark(file/2017/gridoto/img/watermark.png,5,5,60)/photo/2020/09/03/971113669.jpeg)
Selain dari fisiknya, keteng Honda Tiger buatan Jepang atau lokal bisa dilihat dari kode part-nya.
"Kalau rantai keteng Honda Tiger buatan Jepang itu biasanya ada kode 'M'," kata BT.
Baca Juga: Biar Lebih Tahu, Ternyata Ini Fungsinya Bearing Racing Untuk Motor
"Sedangkan kalau rantai keteng Honda Tiger lokal itu kodenya 'RK'," tutup pria yang sudah ngoprek Tiger sejak Tahun 1994 ini.
Rantai keteng Honda Tiger buatan Jepang banyak dicari bikers karena enggak cepat mulur.
Kalau keteng mulur biasanya memunculkan suara besi beradu di bagian blok silinder.
Baca Juga: Blok Silinder DiASil Enggak Bisa Dikorter, Apakah Boleh Tanam Boring ?
Selain keteng yang sudah mulur, timbulnya suara juga disebabkan oleh tonjokan keteng yang sudah lemah.
Nah, sekarang kalian tahu bagaimana membedakan rantai keteng Honda Tiger buatan Jepang dan lokal yang ada di pasaran, jangan sampai salah lagi.
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR