GridOto.com - Pemerintah Jepang berupaya mempersatukan dua pabrikan mobil Nissan dan Honda.
Ide merger dari pabrikan mobil raksasa asal Jepang ini tentu bukan alasan.
Salah satunya terkait dengan kasus mantan bos Nissan sekaligus pimpinan aliansi Nissan-Renault-Mitsubishi, Carlos Ghosn yang terjerat kasus penyelewengan jabatan dan keuangan sejak 2018 lalu.
Dilansir dari Japantimes.co.jp, salah satu Penasihat Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe khawatir kasus Ghosn berdampak pada aliansi Nissan-Renault-Mitsubishi.
Baca Juga: Selesaikan Cekcok Aliansi Nissan-Renault, Menteri Ekonomi Jepang dan Prancis Bangun Kerja Sama
Pasalnya aliansi ini tak hanya menyatukan beberapa automaker, melainkan juga sebagai aliansi kerja sama dari Perancis dan Jepang.
Selain itu, ditakutkan jika Nissan benar-benar walk out dari aliansi ini akan mengakibatkan posisi perusahaan ini terpojok.
Bisa dilihat dari langkah aliansi ini yang mulai membagi-bagi wilayah penjualan dengan dalih agar bisa fokus.
Nissan kebagian jatah pasar China, Amerika bagian utara, dan Jepang yang mana bukan pasar yang mudah untuk dipenetrasi.
Upaya mempersatukan Nissan dengan Honda untuk melakukan merger sebenarnya bukan perkara baru.
Pemerintah sudah mengajukan merger antara dua pabrikan mobil raksasa ini pada 2019 lalu.
Namun keduanya bersikukuh menolak proposal dari pemerintah Jepang tersebut.
Lantas kenapa Honda yang diajukan merger dengan Nissan?
Baca Juga: Sudah Dilepas, Mantan Bos Nissan Carlos Ghosn Ditangkap Lagi, Gara-gara Ngetwit Ini?
Dari delapan raksasa otomotif Jepang, hanya Honda yang merupakan pabrikan mobil terbesar kedua secara jumlah produksi dan masih berdiri di kaki sendiri alias independen.
Mazda, Subaru, Suzuki, dan Daihatsu sudah menjalin kerja sama apik dengan Toyota.
Kalau Mitsubishi entah akan tetap bergandengan dengan Nissan atau malah lanjut dengan Renault.
Apakah bisa baik Nissan maupun Honda saling membuka diri dan melakukan merger?
Editor | : | Fendi |
Sumber | : | japantimes.co.jp |
KOMENTAR