GridOto.com - Mungkin diantara kalian ada yang bertanya, apakah motor baru masih boleh gunakan bensin dengan Research Octane Number (RON) 88 seperti Premium?
Apalagi motor baru yang dijual di Indonesia sekarang punya rasio kompresi mesin yang tinggi-tinggi.
Ternyata beberapa jenis motor masih bisa meminum bensin RON 88 meskipun kinerja mesin akan lebih optimal jika gunakan bensin dengan RON lebih tinggi.
"Contohnya untuk Honda BeAT yang kompresinya kami atur di angka 10:1 masih bisa pakai bensin RON 88," ucap Technical Service Division PT. Astra Honda Motor, Endro Sutarno.
Baca Juga: Upgrade Yamaha XMAX Jadi 300 Cc Disarankan Ganti Intake, Ini Penjelasannya
"Tapi ditulis juga kalimat 'atau lebih tinggi' dalam anjuran pabrikan," tutur Endro.
Menurut Endro, beberapa motor dibuat bisa meminum bensin dengan RON 88 karena melihat di mana motor itu akan digunakan.
"Karena di beberapa wilayah masih sulit mendapatkan bensin dengan RON lebih tinggi dari itu," tambahnya dalam sesi Ngobrol Virtual (NGOVI), pada hari Sabtu 27 Juni 2020.
Meski begitu, untuk wilayah yang memiliki besin dengan RON lebih tinggi disarankan memang tetap menggunakan bensin dengan nilai RON lebih dari 88.
Baca Juga: Selain Aki Tekor, Ini Penyebab Idling Stop System Honda Tidak Berfungsi
Apalagi ada keuntungan menggunakan bensin dengan nilai RON lebih dari 88 karena sudah memiliki kandungan detergen.
"Kandungan detergen pada bensin ini mengurangi tumpukan kerak di ruang bakar akibat sisa pembakaran," ujar Tri Yuswidjadjanto, ahli konservasi energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB)."
"Kerak itu berbahaya bagi mesin, contohnya bisa membuat gerak klep terhambat. Kalau sampai terhambat naik-turunnya dan bertabrakan dengan piston, tentunya mesin akan rusak," tambahnya.
Makanya, meskipun beberapa motor masih bisa gunakan bensin dengan RON 88 dalam kondisi tertentu, sebaiknya gunakan bensin dengan RON lebih tinggi dari 88 yang sudah memiliki kandungan detergen agar kerja mesin optimal dan tidak terjadi penumpukan kerak sisa pembakaran.
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR