GridOto.com - Sepak terjang motor asal Tiongkok atau kerap disebut mocin pernah cukup pesat di Tanah Air, tepatnya di era awal 2000.
Di luar penilaian masyarakat terhadap kualitas mocin, nyatanya motor yang juga kerap disebut penjiplak Honda ini sempat berusaha membuktikan kualitasnya.
Tak tanggung-tanggung, caranya adalah dengan ikut terjung di ajang road race.
Beberapa merek bikinan negeri Tirai Bambu sempat getol meilirik balap pasar senggol untuk memikat konsumen.
Baca Juga: Otojadul : Nostalgia Pertama Kali Yamaha F1ZR Millenium Masuk ke Indonesia, Dulu Dijual Segini Sob!
Seperti pada gelaran Gudang Garam Brawijaya Road race (GGBR) di Probolinggo, 15 April 2001.
Di seri-seri sebelumnya hanya ada mocin yang ikut cuma ada dua merek.
Namun di ajang ini tercatat ada delapan merek yang coba menantang motor-motor Jepang di sirkuit.
Di antaranya terdapat Beijing, Sanex, Loncini, Garuda dan Hokaido.
Mereka berusaha keras menepis anggapan bahwa mesin mocin kualitasnya jelek dan bermasalah.
Dalam GGBRR, Loncini salah satu merek mocin yang berlaga di kategori 4-tak tune-up open tampil mengejutkan.
Dikendalikan joki Zaenal Abidin dari Probolinggo, akhirnya mampu menyodok di uratan 8.
Padahal jumlah peserta yang bertarung di kelompok ini mencapai 41 starter.
"Padahal kami belum memakai part racing, kuncinya cuku memaksimalkan korekan mesin dan kompresi," kata Sarwo Sugeng, yang saat itu menjabat manajer Loncini Prima Motor Ngagel Jaaya Surabaya, dikutip dari tabloid OTOMOTIF edisi No.50/X Senin, 23 April 2001.
Surabaya.
"Meskipun buatan China, jika settingannya pas larinya juga kenceng kok," timpal Agus Prasetyo, mekanik Beijing tunggangan Bambang Pamor asal Kota Pahlawan.
Coba perhatikan penampilan kuda besi berlogo Beijing besutan Avik Baja dari Tulungagung.
Mengandalkan karburator mikuni kotak 24 mm, main-jet 185 dan pilot-jet 30, ia mampu merebut tempat pertama di kelas khusus motcin.
Ketangguhan dapur pacu motcin yang turun dalam GGBRR patut diacungi jempol.
Total panjang sirkuit dadakan yang harus dilahap mencapai 1,2 km, dan harus ditempuh sebanyak 4 putaran.
Kenyataan ini sekaligus sebagai bukti, bahwa mocin sebenarnya tetap layak dan mampu bersaing dengan motor buatan Jepang.
Sayangnya, banyaknya mocin dengan merek dan kualitas yang 'enggak jelas' seperti pernah kami ulas di sini, nampaknya membuat perjuangan mocin yang sebenarnya layak jadi ikut dianggap jelek.
Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR