GridOto.com - Bikers harus tahu apa bedanya komponen motor yang dicat oven dengan yang dicat biasa.
Cat oven awalnya memang terkenal di kalangan cat body mobil.
Saat inii cat oven juga dikenal buat bikers yang ingin repaint body motor.
Lantas apa sih bedanya cat motor oven dengan cat biasa?
Baca Juga: Begini Cara Praktis Mengecat Pelek Motor Tanpa Harus Bongkar Ban
"Sesuai dengan namanya, cat oven menggunakan alat pemanas berupa oven untuk proses pematangannya (pengeringan)," buka Samsudi Darmowiyono selaku pemilik workshop cat Progress Paintshop kepada GridOto.com beberapa waktu yang lalu (11/19).
Karena pakai oven, proses pematangan atau pengeringan cat bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
"Dengan oven kita bisa mengatur suhu dan lamanya proses pematangan (pengeringan cat)," buka Ruslan Maulana, Area Sales Manager yang juga Person In Charge Yamaha Harapan Painting Shop kepada GridOto.com.
Berbeda dengan cat motor biasa yang proses pengeringannya mengandalkan cuaca dan kondisi sinar Matahari.
Baca Juga: Buat Pemula, Begini Cara Pilih Cat dan Pernis Saat Cat Ulang Motor
"Ada juga yang bilang pengeringan cat oven itu hasilnya lebih baik dari cat dengan metode pengeringan biasa," jelas Samsudi yang akrab disapa Hadi ini.
Efeknya cat oven biasanya punya kilap dan daya tahan yang cukup bagus dibandingkan cat biasa.
Menurut Hadi, pengeringan cat tanpa oven juga bisa menyamai kualitas cat oven.
"Bukan berarti cat biasa kualitas di bawah cat oven, proses pengeringan (atau disebut juga pematangan) cat dipengaruhi oleh kualitas thinner dan pernis yang digunakan," jelas Hadi.
Baca Juga: Apa Kelebihan Pengeringan Cat Pakai Oven Dibandingkan Dijemur Biasa?
Ia mengakali dengan memilih penggunaan thinner untuk campuran pernis.
"Cat pengeringan tanpa oven bisa diakali dengan pemilihan thinner, biasanya saya pakai thinner jenis Polyurethane (PU) tapi yang slow," jelas Hadi.
"Thinner PU slow ini memang pengeringannya lebih lama, tapi hasilnya enggak kalah dengan cat oven, lebih mengkilap dan tahan lama," pungkasnya.
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR