GridOto.com - Guna memutus mata rantai penyebaran pandemi Corona (Covid-19), pemerintah mengimbau untuk tetap berada di rumah jika tidak ada keperluan mendesak.
Otomatis membuat jalan raya di beberapa titik menjadi sepi, terlebih di jalan bebas hambatan.
Hal ini membuat beberapa orang atau kelompok menggunakannya untuk ajang kebut-kebutan menggunakan mobil mewah atau supercar-nya.
Lantas, apakah kondisi jalan yang sepi bisa mendorong seseorang untuk ngebut di jalan raya?
(Baca Juga: Pelajaran dari Kecelakaan Wakil Jaksa Agung, FOCI: Kebut-kebutan di Saat Seperti Ini, Rasanya Kurang Tepat)
Neliana Puspitasari,S.Psi., M. Psi., Psikolog Yayasan Sentra Psikomedika di Bekasi, Jawa Barat, menjelaskan, bahwa harus dipastikan dahulu apa penyebab kecelakaan lalu lintas, hal ini bisa ditinjau dari beberapa faktor.
"Secara umum ada tiga penyebab fenomena kecelakaan, bisa karena faktor pengemudi, kendaraan, dan lingkungan jalan ini seperti apa," kata Neliana kepada GridOto.com, Minggu (5/4/2020).
Menurutnya, kondisi jalan yang sepi termasuk ke dalam faktor lingkungan yang memengaruhi terjadinya suatu kecelakaan.
(Baca Juga: Nissan GT-R Kecelakaan di Cibubur, Segini Harga Si Godzilla Dalam Keadaan Gres)
"Tentu sangat berpengaruh, apalagi kondisi lingkungan jalan yang sedang sepi, sehingga bisa memicu (kecelakaan) juga," terangnya.
Apalagi, dalam kasus kecelakaan yang melibatkan Wakil Jaksa Agung menggunakan kendaraan yang bisa disebut sports car.
"Jadi faktor kendaraan ini bisa menjadi persepsi atau reaksi emosional, ketika menggunakan mobil sport ada perasaan untuk melaju dengan kecepatan tinggi," jelasnya lagi.
Lebih lanjut, Neliana mengungkapkan, dari sisi pengemudinya juga menjadi hal yang harus diperhatikan.
(Baca Juga: Wakil Jaksa Agung Meninggal Dunia Kecelakaan di Tol Jagorawi Naik Nissan GT-R)
Ia berujar, dari beberapa penelitian menyebutkan, rata-rata kecelakaan disebabkan karena pengemudi yang kehilangan konsentrasi.
"Jadi bisa saja karena kecepatan tinggi menyebabkan kehilangan konsentrasi, ini merupakan perilaku berkendara yang tidak aman," tandasnya.
Usia pengemudi juga memengaruhi tingkat konsentrasi seseorang, Neliana bilang, usia yang sudah termasuk lansia (60 tahun ke atas) konsentrasinya sudah mulai berkurang.
Kemudian, adanya distraksi atau aktivitas lain yang dilakukan saat mengemudi sehingga mengurangi perhatian dan konsentrasi merupakan perilaku berkendara yang tidak aman.
(Baca Juga: Nissan GT-R di Dunia Balap, Bedah Kehebatan Godzilla di Super GT)
"Ada yang sambil main handphone, sambil makan, sambil minum, atau banyaknya ornamen di dashboard bisa memicu berkurangnya konsentrasi saat berkendara," imbuh Neliana.
Ia menambahkan, kondisi kesadaran pengemudi juga merupakan hal penting untuk diingat.
"Perilaku berkendara yang tidak aman bisa juga karena kondisi kesadaran, misalnya mengonsumsi alkohol, atau ada riwayat penyakit tertentu," tutupnya.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
KOMENTAR