GridOto.com - Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) mengakui masih banyak para sopir mengeluhkan adanya pungli yang dilakukan preman.
Preman dimaksud adalah oknum petugas kepolisian, petugas dinas perhubungan hingga masyarakat setempat.
"Kalau lihat keluhan teman-teman, masih banyak pungli," ujar Wakil Ketua Aptrindo, Kyatmaja Lookman kepada GridOto.com di Jakarta, Minggu (15/3/2020).
"Sebenarnya kalau kita bicara soal pungli, ada dua hal," lanjutnya.
"Pertama, kalau truk overload sudah tahu melanggar. Kedua, saat melintas terus, dia (sopir) memberi sejumlah uang," tuturnya.
(Baca Juga: Balap F1 Digelar Bulan Agustus, Pembalap Terancam Enggak Bisa Libur)
"Nah, itu terjadi karena masih tinggi angka pelanggaran lalu lintas di Indonesia di mana 70-80 masih over," jelas Kyatmaja Lookman.
Ia menyatakan, pemberantasan pungli di jalan raya terhadap sopir truk pengangkut barang masih ada walaupun para sopir sebelumnya pernah mengadu ke Presiden Joko Widodo pada Bulan Mei 2018.
"Belum ada terobosan, karena sifatnya kagetan, kalau sudah viral baru digrebek. Jadi sampai sekarang tidak ada perubahan," sebut Kyatmaja.
"Sebenarnya dari dulu kita sudah bekerja sama dengan kepolisian, tapi sepertinya sibuk terus. Jadi kita binggung," sambungnya.
Ia juga mendesak supaya siapa pun pelaku pungli dan pemalakan terhadap sopir truk, ditangkap dan kandangkan, serta usut sindikat yang membekingi kegiatan pungli tanpa pandang bulu.
Ia mengatakan pungutan liar di jembatan timbang terjadi jika truk barang melebihi kapasitas yang ditentukan di daerah itu.
Selama ini, menurutnya, truk yang dinilai tidak melebihi muatan di satu jembatan timbang kerap dinilai melebihi muatan di tempat lainnya.
Kondisi itu terjadi karena kualitas dan kelas jalan di tiap daerah juga berbeda.
(Baca Juga: Ada SIM D. Buat Mengendarai Kendaraan Apa dan Berapa Biaya Bikinnya?)
"Dibanding daerah lain seperti Sumatera, itu biasanya masyarakat yang menjadi preman dengan meminta uang sambil menunggu di jembatan timbang. Dengan alasan akan lolos jika memberikan mereka sejumlah uang," ungkapnya.
"Di Bengkulu saja ada masyarakat yang merusak jalan agar truknya di derek," imbuhnya.
"Bahkan di Tanjung Priok ada yang menjual harga minuman kemasan Rp 50 ribu, parahnya lagi bahkan ada yang mengambil aki hingga ban cadangan," tuturnya.
Editor | : | Fendi |
KOMENTAR