GridOto.com - Proyek jalan tol Yogyakarta-Solo rencananya akan dibuat elevated atau melayang saat melewati simpang Monjali, Kota Yogyakarta.
Konstruksi tol di Monjali akan dibangun secara etgrade dengan panjang sekitar 1,5 hingga 1,8 km yang akan memutus Jalan Palagan Tentara Pelajar dan Jalan Monjali.
Rencananya arus dari Palagan Tentara Pelajar dan jalan Monjali yang semula hanya lurus saja akan memutar ke arah barat dan timur.
Jalan itu akan dilewatkan terowongan di bagian tol yang masih elevated.
"Tidak hanya (mengubah) atas turun ke bawah. Estitika Jogja harus diperhatikan, karena di situ ada Monjali," ujar Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker Pelaksana Jalan Bebas Hambatan Tol Yogya Solo, Wijayanto.
(Baca Juga: Perubahan Trase Jalan Tol Padang-Pekanbaru, Dibuat Lebih Dekat dengan Bukit Karena Alasan Ini)
Namun demikian, ia menekankan bahwa desain tersebut akan dipastikan lagi saat tahap konsultasi publik.
Kabid Penatausahaan dan Pengendalian Pertanahan Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Dispertaru) DIY Agus Triono Junaedi memaparkan dengan perubahan desain trase di Monjali maka mengubah keberadaan on-off tol atau pintu keluar masuk di wilayah itu.
"Tidak ada on-off di Monjali," ujarnya singkat.
Jalan Tol Yogyakarta-Solo akan membentang seluas sepanjang 22,36 Km dari Desa Tamanmartani di Kecamatan Kalasan, ke Desa Tirtoadi di Kecamatan Mlati, Sleman.
Saat ini pemerintah tengah melakukan sosialisasi ke warga-warga terdampak. Selain membicarakan pembebasan lahan, warga pun diberikan wawasan tentang bagaimana tol tersebut akan dibangun dan manfaatnya.
(Baca Juga: Menyisakan Pembangunan Jembatan, Tol Aceh Ruas Blangbintang-Indrapuri Segera Dioperasikan)
Galih Alfandi selaku staf Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan (PJBH) Yogyakarta—Solo dan Yogyakarta—Bawen, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, memaparkan di tol Yogyakarta-Solo menerangkan pintu masuk tol ini berada di Tamanmartani, Kecamatan Kalasan.
Luasan tol ini adalah 5.991.441 m2 dengan memanfaatkan 2.906 bidang.
"Ada beberapa pintu masuk keluar, yakni di Purwomartani, di sana ada simpang susun tepatnya di dekat RS Pantirini. Selain itu ada juga di Bokoharjo, Maguwoharjo, UPN, Monjali dan Trihanggo," ujarnya.
Konstruksi yang digunakan ada elevated (melayang) dan atgrade (timbunan tanah). Dijelaskannya, lebar jalan tol sendiri kurang lebih 23 meter.
Sedangkan kebutuhan tanahnya mencapai 60 meter. Sehingga masih ada jarak sekitar 20 meter di kanan kiri tol.
"Tol ini akan dibagi menjadi empat lajur. Dan konstruksinya di ringroad nanti pakai tiang beton karena elevated. Termasuk di Selokan Mataram juga tolnya di atas selokan dengan diapit dua tiang beton," terangnya.
(Baca Juga: Trans Sumatera Digenjot Lagi, Bos PT Hutama Karya Sebut Tol Pekanbaru-Dumai Hampir Rampung)
Kemudian, saat ini juga masih dilakukan pembahasan tentang desain baru yang dipakai untuk seputaran Monumen Jogja Kembali.
Kemudian bergerak ke barat, di Tirtoadi, akan dibangun jembatan junction. Jembatan ini merupakan pertemuan dari tol Yogyakarta-Solo, Yogyakarta-Bawen dan Yogyakarta-Kulonprogo.
"Di Tirtoadi sendiri ada 561 bidang untuk Tol Jogja-Solo. Itu di luar bidang untuk Jogja-Bawen. Jadi ini paling besar diantara desa-desa lainya," ungkapnya.
Ia juga mengungkapkan agar masyarakat tidak mempersoalkan tentang akses jalan. Karena pada saat nanti tol dibangun, akses jalan tetap akan ada.
"Untuk jalan yang membelah tol, tetap akan dihidupkan, nanti akan dibangun terowongan. Kemudian untuk mengakomodir jalan yang sejalur dengan jalan tol, maka jalan itu akan digeser di samping jalan tol," paparnya.
Begitu pula dengan pengairan tetap dihidupkan. Bahkan menurutnya, nanti akan dibuat pengairan yang lebih besar dan petani bisa merawatnya.
"Setelah penetapan lokakasi, nanti ada patok merah dan kuning. Patok merah di sisi luar, dan patok kuning di center tol. Patok ini akan dipasang 25-50 meter sekali," bebernya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Inilah Penampakan Desain Konstruksi Tol Yogyakarta-Solo di Simpang Monjali
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
Sumber | : | Tribun Jogja |
KOMENTAR