GridOto.com - Hal mengejutkan datang dari ajang Formula 1 soal pergantian mesin ke arah yang lebih ramah lingkungan di masa depan.
Seperti yang diketahui, F1 sedang mencanangkan program mobil bebas jejak karbon pada tahun 2030.
Dan ada langkah mengejutkan dimana F1 akan memakai mesin 2-tak untuk menuju ke arah tersebut.
Di tahun 2025 atau 2026, mesin baru ini menggantikan model mesin yang saat ini dipakai.
Klaimnya, mesin 2-tak F1 ini akan lebih ramah lingkungan dibanding Formula E.
(Baca Juga: Paulo Goncalves Meninggal, Stage 8 Kategori Motor dan Quad Ditiadakan)
Tentunya mesin 2-tak ini akan mengusung teknologi yang jauh lebih maju dibanding mesin 2-tak yang kita kenal sekarang.
"Aku sangat tertarik dengan perubahan ke mesin 2 langkah ini," kata kepala teknis F1, Pat Symonds, dilansir GridOto.com dari Motorsportmagazine.com.
"Jauh lebih efisien, suaranya bagus dari knalpotnya dan masalah-masalah yang ada dengan mesin 2-tak tradisional tidak akan ada lagi," sambungnya.
Mesin baru ini disinyalir akan tetap berteknologi hybrid tapi memakai bahan bakar sintesis.
Selain itu juga bisa mengkombinasikan hidrogen dengan karbon yang didapat di udara, memakai kelebihan energi hijau.
Selain itu, teknologi bahan bakar ini juga dipakai di kendaraan lain termasuk pesawat yang membawa mobil F1.
Jadi rencananya, F1 benar-benar bebas jejak karbon, bukan cuma di mobil yang balapan, tapi di semua kendaraan yang membantu penyelenggaraan F1.
Pertanyaanya, kenapa bisa lebih hijau dari Formula E yang memakai listrik?
(Baca Juga: Mantan Musuh Bebuyutan Valentino Rossi Tertarik Gantikan Andrea Iannone di Aprilia)
Berdasarkan riset F1, mobil listrik ternyata membawa emisi karbon 2 kali lebih banyak dibandingkan mobil balap hybrid seperti F1, terutama karena ada banyak karbon dalam pembuatan baterainya.
"Kami harus melihat mesinnya ke depan seperti apa. F1 saat ini sudah sepakat soal ini sekarang," tegas Symonds.
"Kupikir mesin setelah ini akan jadi yang terakhir yang kami buat dengan hidrokarbon basah. Akan ada banyak kesempatan dengan mesin pembakaran dalam, tapi memakai hidrogen," sambungnya.
Symonds tidak menyalahkan mesin elektrik, tapi hanya mencari solusi baru untuk ke depannya.
F1 saat ini sedang meneliti lebih dalam soal teknologi mesin 2-tak ini dan bagaimana regulasinya.
Symonds juga sadar rencana ini membuat banyak pihak bingung, terutama karena mesin 2-tak tradisional dikenal boros dan juga asap yang banyak.
(Baca Juga: Kehilangan Waktu Untuk Bantu Pembalap Kecelakaan, Kevin Benavides Tetap Menang Stage 7 Reli Dakar 2020)
Tapi Symonds menegaskan, mesin 2-tak rancangan F1 ini akan berbeda dan sangat efisien.
"Injeksi langsung, pengisian tekanan, sistem pengapian baru dan semuanya akan membuat bentuk baru mesin 2-tak ini akan sangat efisien dan emisinya bagus. Kupikir akan jadi masa depan yang bagus," sambungnya.
F1 sesegera mungkin menjelaskan lebih dalam soal mesin 2-tak ini ke depannya.
Kalau di Indonesia, mesin 2-tak (tradisional) banyak dipakai di sepeda motor yang sampai sekarang masih dipakai sebagian masyarakat.
Sedangkan untuk mobil, sangat sedikit yang ditemui di zaman sekarang, misalnya saja Suzuki ST20 atau yang kita kenal dengan Truntung.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Motorsportmagazine.com |
KOMENTAR