GridOto.com - Kalau ngomongin mesin motor BMW K100, mesinnya unik dan enggak lazim ditemui sampai dijuluki balok terbang.
Motor BMW di memang terkenal dengan konfigurasi flat-twin atau boxer, nah BMW K100 ini mesinnya flat juga, tapi enggak twin.
Kalau gitu tiduran saja seperti mesin motor bebek? Nah yang bikin aneh adalah orientasi mesinnya yang miring ke kiri!
Jadi kalau melihat mesin motor bebek yang tiduran punya kepala silinder di depan dan krukas di belakang, pada BMW K100 posisi silindernya di kiri dan krukas di kanan.
(Baca Juga: Paten Motor Baru BMW F 850 R Bocor, Sudah Tahu Belum Arti Huruf F di Namanya?)
BMW mengibaratkan K100 ini punya mesin setengah boxer karena ya ibarat mesin flat twin yang dipangkas sebelah.
Nah ngomongin motornya, BMW K100 diproduksi pada tahun 1982 hingga 1992 dengan mesin berkubikasi bersih 987 cc.
Sesuai penamaan motor BMW, kode K berarti motor ini pakai mesin inline dengan jumlah silinder lebih dari 2.
Dengan mesin 4 silinder segaris yang orientasinya aneh karena miring dan kelihatan mengotak banget (bisa kamu lihat di gambar yang ditautkan di bawah), BMW K100 jadi punya julukan 'flying brick' alias balok terbang.
Enggak cuma karena mesinnya yang orientasinya aneh, julukan flying brick ini karena pada masanya BMW K100 adalah motor yang larinya bisa menandingi motor-motor Jepang berperforma gokil yang merajalela di era 1980-an.
Mesin BMW K100 memiliki power maksimal 88,7 dk plus torsi 85,8 Nm, top speed yang diraih adalah 220 km/jam. Ingat, ini motor tahun 1982 Sob...
Untuk penggeraknya juga enggak pakai rantai, tapi pakai gardan alias shaft drive.
Alasan BMW mengembangkan mesin setengah boxer ini karena adanya pembatasan emisi di Amerika Serikat dan Eropa pada saat itu.
Dengan mesin boxer alias flat twinnya, anggaplah 1000 cc, maka tiap silinder akan terisi 500 cc campuran bahan bakar.
Hal ini diatasi dengan membuat mesin 4 silinder sehingga tiap silinder hanya terisi 250 cc campuran bahan bakar dan udara.
Lalu pada masa itu motor empat silinder, terutama buatan Jepang, jadi favorit sehingga BMW merasa perlu memiliki mesin empat silinder juga.
Ditambah lagi pada tahun 1980-an, BMW belum punya motor yang berpendingin cairan jadi dianggap kuno jika dibandingkan dengan motor-motor Jepang.
Akhirnya para insinyur BMW di Spandau meracik mesin baru yang tadinya ingin tetap boxer, tapi empat silinder (flat-four).
Tapi rencana itu harus disingkirkan karena mesin flat-four saat itu sudah dipakai di Honda Goldwing, gengsi dong gak mau dikatain meniru pabrikan Jepang.
Desain mesin BMW K100 punya keunggulan mudah diperbaiki karena girboks dan dan silindernya sama-sama mudah diakses.
Malah BMW K100 bisa overhaul tanpa harus turun mesin. Gimana ya terjemahinnya ke Bahasa Indonesia? Overhaul itu kan artinya turun mesin. Tapi enggak perlu turun mesin. Nah lo penulis jadi bingung sendiri.
Ditambah lagi mesin tersebut memang didesain durable alias enggak perlu sering-sering diservis meski sering dipakai hingga kilometer tinggi.
Nilai lebihnya, mesin tersebut cuma BMW yang punya, apalagi BMW terkenal dengan quality control-nya. Makanya jadi ekslusif banget.
Meski punya bobot hingga 243 kg, BMW K100 didesain punya handling yang jempolan sehingga nyaman dipakai, bahkan untuk harian.
Pada tahun 1985, BMW memangkas satu silinder BMW K100 dan lahirlah BMW K75 yang bermesin 3 silinder 750 cc.
Hingga saat ini, BMW K100 masih ada saja yang berkeliaran. Penulis malah sempat ketemu beberapa kali di Kota Bandung tapi sayangnya enggak sempat dikejar buat ngobrol dengan ownernya.
BMW K100 juga punya banyak seri yang bisa dilihat dari huruf belakangnya, dari full naked (K100), pakai fairing dengan setang rendah (K100RS), hingga versi full fairing dan ada box yang didesain buat touring (K100LT), dan masih banyak lagi.
Enggak cuma itu, mesinnya yang punya desain elok dipandang ini seringkali jadi bahan untuk motor kustom.
Nah pada perkembangannya, BMW K100 juga sempat punya penerus dengan nama BMW K1 yang juga punya julukan ajaib yaitu 'kotak yoghurt'.
Tapi soal BMW K1 dan julukannya itu kayaknya lebih pas kalau jadi artikel sendiri. Bakal panjang juga soalnya, hehehe...
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
Sumber | : | Motorcyclespecs.co.za,Silodrome |
KOMENTAR