GridOto.com- Komisi MotoGP mempertegas aturan mengenai penggunaan lengan ayun serat carbon atau carbon fibre.
Untuk kelas 'junior' dipastikan tidak diperbolehkan aplikasi lengan ayun berbahan serat karbon.
Saat ini, kelas Moto3 dan Moto2 menggunakan lengan ayun aluminium.
Hanya kelas MotoGP yang diperbolehkan memakai carbon fibre.
Dalam laman crash.net memang tidak dijelaskan alasan tepatnya kenapa hanya di MotoGP saja yang diperbolehkan menggunakan lengan ayun serat fiber.
(Baca Juga: Begini Cara Pasang Jalu Paddock pada Lengan Ayun Motor)
Namun demikian, aplikasi serat karbon memang memiliki plus minus.
Direktur Teknologi MotoGP, Corrado Cecchinelli, menjelaskan dengan rinci apa saja keunggulan swing arm tersebut.
Kebetulan juga, Checcinelli pernah bekerja di parbikan motor Piaggio dan Ducati.
Saat Ducati mulai memakai swing arm, Checcinelli adalaha wakil Direktur Ducati Corse.
"Serat karbon material yang sangat cocok dengan permukaan lebar, bukan komponen kecil, jadi bagiku sangat cocok digunakan jadi swing arm, juga karena swing arm didesain untuk kaku," kata Cecchinelli.
Selain kaku, swing arm haruslah kuat dan ringan.
(Baca Juga: Selain Honda, Ini Pabrikan Lain Yang Akan Gunakan Lengan Ayun Fiber Carbon)
"Hampir semua swing arm akan lebih ringan jika dibuat dari serat karbon dibanding alumunium," tambahnya.
Jika swing arm berbahan alumunium dipaksakan dibuat kaku, bakal mudah pecah dan patah.
Itulah kekurangan alumunium yang segera ditutup oleh bahan serat karbon.
Ada yang bilang bahwa swing arm karbon jauh lebih mahal dibanding alumunium, itu benar tapi tak sepenuhnya benar.
Memang sih, jika hanya membuat satu buah swing arm, bahan karbon lebih mahal dibanding alumunium.
Tapi Cecchinelli menjelaskan jika swing arm dibuat untuk sangat kaku, dia bakal mudah patah dan akhirnya dalam semusim butuh banyak swing arm.
Sedangkan swing arm karbon bisa dibilang lebih awet dan tidak mudah patah, makanya tidak selalu bisa dikatakan karbon lebih mahal.
Kekurangan lainnya adalah masalah keselamatan.
"Bukan karena serat karbon tidak aman, tapi karena setelah crash memungkinkan swing arm karbon lebih sulit dianalisis masalahnya," tambah Cecchinelli.
Swing arm karbon harus diteliti dengan sinar X untuk penyelidikan cukup dalam setelah crash, tidak seperti alumunium yang langsung bisa dilihat di trek atau di box.
Selain itu, swing arm karbon lebih rentan hancur menjadi potongan kecil jika ada kecelakan besar.
Jika alumunium mudah patah jika dipaksakan kaku, serat karbon lebih mudah hancur.
Lalu mengapa tidak semua tim MotoGP menggunakan swing arm berbahan serat karbon?
Beberapa tim saat ini masih puas dengan batas kekakuan swing arm alumunium mereka dan hasilnya masih bisa diterima.
"Intinya: sulit didesain, sulit diproduksi, bisa repot kalau kena crash parah, dan sementara teknologi konvensional menggunakan alumunium masih bisa diterima hasilnya, karena masih dominan digunakan sampai saat ini," sambung Cecchinelli.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR