GridOto.com - Sejak standar emisi Euro diperkenalkan, catalytic converter menjadi salah satu komponen yang wajib ada pada mobil-mobil baru.
Catalytic converter berfungsi untuk mengurangi emisi gas buang dengan menyaring partikel beracun seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan nitrogen oksida (NOx).
Komponen tersebut juga dibantu oleh sensor oksigen (O2) dalam memonitor AFR (Air Fuel Ratio) berada di titik optimal sehingga mesin dapat bekerja dengan prima dan menghasilkan emisi gas buang yang rendah.
Jika Anda melepas catalytic converter, ada efek negatif yang terjadi meski mesin bisa tetap bekerja.
Tentu saja, emisi gas buang yang meningkat menjadi efek utama yang terjadi jika catalytic converter ditiadakan.
(Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Ternyata Busi Bisa Bikin Mobil Lulus Uji Emisi)
"Mobil modern emisinya bisa kecil karena ada catalytic converter. Jika catalytic itu dilepas karena melakukan modifikasi pada exhaust, emisi gas buang akan meningkat cukup tinggi," ungkap Rendi Christian, Kepala Mekanik bengkel Nawilis Radio Dalam, Jakarta Selatan.
Indikator check engine light (CEL) pun akan menyala yang menandakan ada yang salah dalam kinerja dapur pacu.
"Beberapa mobil akan masuk ke safe mode sehingga mesin tidak bekerja 100%, sehingga performa pun otomatis akan terasa menurun," terang Junaedi, Kepala Mekanik Sinar Sakti Motor, Pasar Mobil Kemayoran, Jakarta Pusat.
Tak hanya itu, konsumsi bahan bakar pada mobil yang catalytic converter dilepas juga menjadi kurang efektif.
"Karena AFR (air fuel ratio) yang sudah diatur oleh ECU menjadi tidak optimal akibat pembacaan emisi pada sensor oksigen yang kacau," ujar Junaedi.
Editor | : | Dwi Wahyu R. |
KOMENTAR