GridOto.com - Masalah transportasi enggak hanya berbicara mengenai macet dan polusi udara. Tetapi juga prilaku manusia saat di jalanan.
Jika tidak tertib akan menimbulkan kekacauan, bahkan sampai kecelakaan.
"Road is killing fields," ucap Jusri Pulubuhu, pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting beberapa waktu lalu saat menggambarkan kondisi di jalan saat ini.
Bisa jadi benar, bisa jadi hanya kiasan. Benar, karena tingginya angka kecelakaan yang terjadi di suatu daerah.
Kiasan, untuk mengungkapkan kondisi lalu lintas di suatu daerah yang sangat parah. Macet, tidak teratur, banyak pelanggaran dan lain sebagainya.
Jakarta bisa dua-duanya.
Berdasarkan data Kepolisian, di Jakarta saja, tercatat ada 4.424 kasus dari bulan Januari hingga Juli 2019.
"Korban meninggal ada 320 orang, sementara luka berat sebanyak 751 orang, lain halnya dengan luka ringan ada sebanyak 4.221 orang," kata AKBP Muhammad Nasir, Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya, dikutip dari GridOto.com.
Kendaraan yang terlibat ada 5.755 unit terdiri dari mobil dan motor.
Dibandingkan dengan jenis kendaraan lain, kendaraan roda dua atau motor jadi yang paling besar terlibat kecelakaan lalu lintas.
"Jumlah terbanyak adalah dari kendaraan roda dua dengan 4.070 libat laka lantas (70%)," imbuh Nasir.
Untuk itu, demi menekan angka kecelakaan yang melibatkan motor, menurutnya diperlukan pengenalan laik etika saat berkendara di jalan.
Bayangkan ada 320 orang meninggal sia-sia selama 6 bulan, bisa dibilang 224 (70%) berasal dari pengendara sepeda motor. Belum lagi yang luka berat dan ringan.
Data tersebut hanya di Jakarta, belum kota-kota besar lainnya. Menunjukkan hal ini juga perlu perhatian khusus.
Jumlah kendaraan di Jabodetabek saja saat ini memang didominasi oleh motor. Dari angka 24 juta, 75%nya adalah motor, diikuti mobil penumpang 23% dan angkutan umum 2%.
Terlihat saat jam-jam sibuk pagi dan sore saat orang berangkat dan pulang kerja. Hampir di semua jalan di Jakarta ada sepeda motor.
Mulai dari gang-gang sempit, hingga jalan utama Jakarta. Motor memenuhi seluruh ruas jalan. Ibarat air yang mengalir menerobos ke celah-celah sempit untuk mencari jalan.
Naik motor memang menyenangkan karena bisa cepat sampai tujuan.
Hal "menyenangkan" lainnya, lantaran dimensi kecil dan bisa bergerak lincah, membuat motor bisa dengan seenaknya bermanuver tiba-tiba di jalan raya. Nyodok kanan-kiri mudah saja dilakukan.
Ini yang sering bikin kaget pengendara lain dan menyebabkan kecelakaan.
Hal "menyenangkan" selanjutnya adalah motor bisa dijadikan alat untuk melanggar lalu lintas dengan seenaknya.
Mulai dari lawan arah, putar balik sembarangan, menyerobot traffic light, masuk jalur busway, naik trotoar, parkir sembarangan, membawa barang dan penumpang berlebih, serta lainnya.
"Menyenangkan" lagi, karena sering dibiarkan oleh aparat, membuatnya semakin merajalela. Katanya sih karena keterbatasan personil...
Mengapa motor jadi pilihan? Karena saat ini alat transportasi inilah yang paling ekonomis dan cepat dibandingkan yang lain.
Naik angkutan umum masih menjadi opsi kesekian. Alasannya beragam, tidak ada rute yang menuju ke kantor.
"Kalaupun ada rutenya jauh dan memutar, justru makan waktu lebih lama," ujar teman yang lain memberi alasan.
Selain itu, harus sedikit usaha untuk menuju halte, belum lagi waktu kedatangan bus yang tidak tentu. Jadi susah menghitung waktu yang pas saat melakukan perjalanan.
Kalau naik motor, langsung gas dari rumah sampai ke tujuan.
Bisa dipastikan angka pertambahan sepeda motor akan semakin tinggi jika aturan ganjil genap nanti resmi diterapkan di 16 ruas tambahan.
Apalagi tidak ada keharusan untuk melakukan uji emisi. Padahal banyak juga sepeda motor yang tidak terawat yang beredar di jalan.
Memang tidak semua pengendara motor melakukan hal-hal yang "menyenangkan" tersebut. Tetapi kalau dibiarkan, lama-lama akan jadi bom waktu.
Harus dimulai dari sekarang, kalau enggak ya..."Selamat bersenang-senang..."
Editor | : | Pilot |
KOMENTAR