GridOto.com - Akibat buruknya kualitas udara di wilayah ibu kota Jakarta akhir-akhir ini, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mengajak masyarakat agar mengurangi pemakaian kendaraan pribadi.
Sebab, tingginya kepemilikan kendaraan pribadi baik motor atau mobil, membuat minat masyarakat akan transportasi umum sangat rendah.
Menurut data yang disampaikan BPTJ, masyarakat Jabodetabek yang aktif menggunakan angkutan umum hanya sebesar 8 persen.
Bambang Prihartono, Kepala BPTJ mengatakan, demi mengurangi dampak polusi, masyarakat harus aktif gunakan transportasi massal yang disediakan pemerintah.
(Baca Juga: BPTJ Minta Masyarakat Mendukung Perluasan Aturan Ganjil Genap)
“Demi mendukung upaya pemerintah dalam pengurangan tingkat polusi, kami meminta masyarakat berpartisipasi dalam peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum,” ujar Bambang, Jumat (16/8/2019).
Bambang mengungkapkan, tingkat polusi di Jabodetabek saat ini sangat mengkhawatirkan, bahkan sangat tidak sehat.
"Saya melihat air quality index polusi di Jabodetabek ini sudah tidak sehat, hal ini akibat tingginya emisi kendaraan di jalan dan minimnya aktifitas fisik masyarakat seperti berjalan kaki," kata Bambang.
Bambang menuturkan, orang Indonesia di perkotaan termasuk yang malas dalam urusan berjalan kaki.
(Baca Juga: Pengendalian Polusi Udara di Jakarta, Pemerintah Masih Ambigu dengan Premium dan Solar)
"Orang Indonesia ini berjalan per-hari hanya 3.000 langkah, ada perlu jauh sedikit cuma 200 meter saja pakai motor atau pesan ojek online," ungkap Bambang lagi.
"Harusnya tingkat aktifitas fisik seperti berjalan kaki mencapai 6.000 langkah per-hari," terangnya.
Bambang menambahkan, di Jakarta trotoar juga sudah dibangun cukup bagus tapi sepi yang berjalan kaki.
"Di Jakarta terutama wilayah perkantoran atau perbelanjaan trotoar sudah bagus, tapi yang jalan sepi, kondisinya terbalik jika di negara maju," papar Bambang.
"Jadi kepada warga Jabodetabek saya mohon partisipasinya untuk beralih ke kendaraan umum," tutupnya.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
KOMENTAR