Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Curahan Hati Tim Balap Lokal, Kerap Dimintai 'Jatah' Oleh Oknum, Sekali Jalan Bisa Habis Jutaan

Naufal Shafly - Minggu, 30 Juni 2019 | 13:53 WIB
Tim Gery Gendur Racing Team
Naufal Shafly/Gridoto.com
Tim Gery Gendur Racing Team

GridOto.com - Mengelola tim balap Nasional di Indonesia memang penuh suka dan duka, seperti dialami tim balap yang berlaga di Sumatera.

Mulai dari mengelola manajemen tim, pengelolaan event, mengatur pendanaan, hingga faktor lain yang datangnya dari eksternal.

Salah satu faktor eksternal yang kerap kali datang adalah maraknya pungutan liar (pungli) dari berbagai oknum tak bertanggung jawab.

Pungutan liar biasanya terjadi ketika tim sedang dalam perjalanan untuk membawa perlengkapan ke event balap.

(Baca Juga: Aksi Marching Band Ramaikan Pembukaan Yamaha Cup Race 2019 Medan)

Pelakunya beragam, mulai dari aparatur negara, hingga warga setempat sering kali meminta 'jatah' kepada tim balap yang tengah melakukan perjalanan untuk mengikuti event balap nasional.

Biasanya, oknum tersebut meminta uang dengan bermacam alasan, bahkan tak jarang dengan cara memaksa.

Manajemen tim Suhandi Padang Racing 88 Tim
Nuafal Shafly
Manajemen tim Suhandi Padang Racing 88 Tim

"Perjalanan biar aman dari sini ke sana bayar uang wilayah, kayak di Aceh ada juga, Pelambang ada juga. Kalau di Lampung, minta uang tapi dengan cara ndak bagus, dipaksa minta," jelas Dhonal Erika, Manajer Tim Suhandi Padang Racing 88 Tim saat ditemui di event Yamaha Cup Race 2019 di Medan.

Menurut pengalamannya, nominal uang yang diminta cukup beragam, mulai dari Rp 10 ribu, hingga Rp 250 ribu.

(Baca Juga: Hasil Lengkap Kualifikasi Yamaha Cup Race 2019 Medan, Rider Sumatera Utara Gaspol di Tanah Sendiri)

Senada dengan Dhonal, Umar selaku manajer tim Gery Gendut Racing Team, juga mengungkapkn hal yang sama.

"Kadang udah ada surat jalan, segala macam, masih aja dicari-cari kesalahannya. Kadang dibilang (motor balap yang sedang diangkut) pajak motornya mati, warna gak sesuai STNK, padahal kan motornya juga cuma untuk balap," jelas Umar.

"Surat jalan gak dihargain. Kalau ketemu preman dikasih Rp10 ribu - Rp 20 ribu mau. Oknum polisi minimal Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu, paling apes bisa sampai Rp 500 ribu. Itu sekali jalan, pas balik beda lagi," ungkapnya.

Menurut keduanya, biasanya pungutan liar tersebut paling marak terjadi di wilayah Sumatera.

(Baca Juga: Hasil Lengkap Kualifikasi Yamaha Cup Race 2019 Medan, Rider Sumatera Utara Gaspol di Tanah Sendiri)

"Kalau di Jawa sih aman, kalau di Sumatera, ya ada beberapa kota yang emang banyak punglinya," jelas Umar.

Berdasarkan penuturan keduanya, sebelum melakukan perjalanan pihaknya selalu membawa surat jalan, baik dari IMI, maupun pihak kepolisian daerah masing-masing.

Untuk megantisipasi, Umar mengaku tiap perjalanan pihaknya harus menyiapkan uang setidaknya Rp 2 juta.

Editor : Fendi

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



REKOMENDASI HARI INI

YANG LAINNYA

KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa