GridOto.com – Mobil Cina sudah ada sejak lama di pasar Indonesia. Contohnya Geely dan ZNA Succe. Namun kiprahnya tak sefenomenal Wuling yang memang terlihat benar-benar serius menggarap pasar Indonesia.
Wuling memang baru di sini. Tapi boleh dibilang sukses merebut hati konsumen. Produknya menggoda dengan harga terjangkau sehingga valuenya lebih baik dibanding pesaing.
Baru 2 model yang diluncurkan tahun lalu, penjualannya mampu mencapai lebih dari 17 ribu unit selama 2018. Lewat Confero dan Cortez, Wuling mampu menjadi 6 besar penguasa pasar mobil penumpang tahun lalu. Bahkan menggeser merek lama pabrikan Jepang.
Strategi Wuling menghadirkan mobil dengan harga bersaing dan fitur berlimpah juga diimbangi dengan rasa berkendara yang lumayan baik. Memang hasil tes tim tester Gridoto tidak menyimpulkannya sebagai yang terbaik. Namun paduan fitur dan performanya seimbang dengan harga yang ditawarkan.
Produknya memang bukan asal-asalan layaknya image sepeda motor Cina yang dulu pernah heboh di Indonesia. Bisa jadi kerja sama dengan General Motors membuat penampakan Wuling terkesan lebih baik.
Mengapa saya sebut terkesan lebih baik? Karena masih ada tahapan lanjutan yang musti dilalui Wuling. Yaitu durabilitas produknya setidaknya untuk 3-5 tahun usia pakai.
Inilah yang jadi sedikit ganjalan beberapa calon konsumen terhadap mobil Cina. Mampukah ia bertahan seperti layaknya buatan Jepang? Buat mengetahuinya kita musti tunggu paling cepat 1-2 tahun lagi dari sekarang.
Sukses di penjualan juga harus didukung oleh dukungan layanan purna jual yang baik. Selain ketersediaan suku cadang, ada yang tak kalah penting. Yaitu harga jual kembali saat kondisi bekas. Memang masih terlampau dini menyimpulkan saat ini yang baru dipakai setahun. Tapi menarik buat disimak nantinya.
Saya masih ingat saat Wuling muncul pertama kali di sebuah pameran otomotif tahun 2017. Bukti keraguan konsumen terlihat dari banyaknya pengunjung stand Wuling yang mengetuk-ketuk bodi mobilnya memakai jari. Seakan-akan ketebalan pelat bodi menandakan kualitas mobil. Mungkin saat itu Wuling jadi mobil yang paling banyak diketuk oleh pengunjung pameran.
Toh terbukti Wuling sudah diterima dengan baik oleh konsumen Indonesia. Tren penjualannya meningkat seiring model-model baru diluncurkan.
Seperti Almaz yang bermain di segmen lebih tinggi. Modelnya menarik konsumen segmen Honda CR-V. Selain itu muncul juga varian baru Cortez bermesin turbo dan Confero transmisi ACT.
Keputusan menjual Confero ACT ini cukup berani buat merek baru seperti Wuling. Dia bukan transmisi matik murni tapi transmisi manual dengan fitur tambahan tanpa pedal kopling.
Perlu kebiasaan mengemudikannya layaknya Suzuki Ignis AGS yang muncul duluan. Konsumen Indonesia tak terbiasa transmisi model seperti ini. Suzuki saja sempat kesulitan di awal kemunculan Ignis AGS.
Paduan tampang, fitur dan rasa berkendara membuat Wuling cepat meraih konsumen. Ada yang langsung suka karena harganya relatif terjangkau dibanding pesaing. Ada juga yang masih coba-coba karena ragu akan durabilitas dipakai dalam jangka waktu lama.
Mobil Cina juga relatif lebih dapat diterima oleh konsumen Indonesia dibanding mobil Malaysia. Fenomena smartphone boleh jadi mendukung hal ini. Sekaligus memberi sinyal pabrikan Jepang dan Korea untuk bersiap. Bukan tidak mungkin saat era mobil listrik nanti, mobil Cina lebih unggul.
(Baca Juga: Mobil Listrik di Indonesia. Riwayatmu Kini)
Bicara mobil Cina saat ini tak Cuma Wuling. Ada lagi DFSK yang tergoda melihat sukses Wuling. Munculnya tak lama setelah Wuling di 2018. Pada sebuah kesempatan di awal kemunculan DFSK, saya sempat berbincang dengan petinggi DFSK.
Mereka berniat memposisikan mobilnya lebih premium dibanding Wuling. Maka jangan terkejut bila SUV Glory 580 dibanderol Rp 240 - 300 jutaan. Bandingkan saat itu Wuling yang bermain di rentang Rp 140-200 jutaan lewat Confero dan Cortez.
Namun agaknya strategi mulai berubah di 2019 ini. Seiring dengan masuknya Wuling Almaz di segmen yang sama dengan Glory 580. DFSK pun menggelotorkan Glory 560 di rentang harga yang sama dengan Wuling Confero dan Cortez. Bahkan di segmen komersial, keduanya juga sudah masuk lewat Wuling Formo dan DFSK Super Cab.
DFSK tak mau ketinggalan fenomena mobil Cina yang mulai tumbuh di Indonesia. Bisa jadi persaingan keduanya terus berlanjut dengan munculnya merek-merek baru asal Cina.
Wuling sebagai merek mobil Cina pertama yang tergolong sukses di pasar Tanah Air sudah menciptakan standar cukup baik. Sehingga merek-merek Cina lain yang akan masuk pasar Indonesia akan menjadikannya tolak ukur. Produk seperti buatan Geely dan ZNA Succe akan sulit bersaing.
Sukses mobil Cina di Indonesia lewat Wuling dan DFSK baru awalan. Masih banyak yang lain dan menawarkan sejumlah keunggulan, seperti mobil listrik BYD. Persaingan antar-mobil Cina bisa jadi lebih seru ke depan.***
*Penulis adalah wartawan otomotif sejak tahun 2000 di beberapa media grup Kompas Gramedia, seperti tabloid Otomotif, majalah Otosport, majalah Auto Bild Indonesia dan saat ini di GridOto.com.
Editor | : | Bimo Aribowo |
KOMENTAR